Pupuk NPK Organik Cap Rumpun Bambu

Pupuk NPK Organik Cap Rumpun Bambu
Produksi KSU Karya Bangsa Berdikari

Sampel Pupuk

Sampel Pupuk
Sampel pupuk kemasan 50 kg

Sampel Pupuk

Sampel Pupuk
Bentuk tabur, Warna hitam kecoklat coklatan

21 November 2009

BANYAK PETANI DI ACEH SUDAH BERALIH KE PUPUK ORGANIK dan KURANGI PENGGUNAAN PUPUK KIMIA

December 2009, 10:12

Petani Diarahkan Kurangi Penggunaan Pupuk Kimia
Administrator - Kutaraja
JANTHO - Puluhan petani di Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar, Selasa (8/12), mengikuti sosialisasi penggunaan pupuk organik, sekaligus mengurangi penggunaan pupuk kimia. Kegiatan itu digelar oleh Koperasi Tata Rimba, dengan melibatkan unsur pemerintahan, dan trainer dari perusahaan Tiens Cabang Medan. Lasmaria Sihombing yang memberi training pada kegiatan tersebut mengungkapkan, penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus pada lahan pertanian akan membuat lahan tersebut kekeringan. Selain itu, juga akan mengurangi unsur hara pada tanah.

“Karena itu, sebelum menggunakan pupuk kimia, petani perlu melakukan pemupukan dengan pupuk organik untuk mengikat unsur hara dalam tanah. Ini dapat menghemat penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen, dan membuat tanaman lebih subur,” katanya. Pupuk organik yang bisa digunakan untuk menyuburkan mikro organisme dalam tanah seperti pupuk kompos, atau pupuk organik cair jenis TGH. Penggunaan pupuk organik itu, tetap dibarengi dengan pemberian pupuk kimia dalam jumlah kecil.

Menurutnya, selama ini petani hanya mengandalkan pupuk kimia untuk meningkatkan produksi pertanian. Padahal, penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dapat mengurangi kesuburan tanah, karena mematikan mikro organisme yang ada. “Tanaman yang ditanam tetap menghasilkan, namun lama-kelamaan produksinya akan menurun. Tanaman yang murni menggunakan pupuk kimia, buahnya pun akan cepat busuk. Untuk itu petani harus mengurangi penggunaan pupuk kimia, dan mengimbanginya dengan pupuk ramah lingkungan,” ungkapnya.

Ketua Koperasi Tata Rimba, Azwir Basyah menambahkan, pihaknya sengaja mengundang trainer dari perusahaan pupuk Tians yang mengembangkan pupuk organik cair itu, karena telah membuktikan bahwa penggunaan pupuk tersebut mampu meningkatkan produk pertanian hingga tiga kali lebih banyak dari produksi sebelumnya. “Kami ingin petani yang lain juga mengetahui cara mengolah tanah dan menggunakan pupuk dengan benar. Sehingga mereka bisa meningkatkan produk pertanian, sekaligus menghemat biaya produksi,” tambahnya.(th)

Sumber: HR. Serambi Indonesia

pupuk organik

Pupuk Organik

Para ahli lingkungan khawatir terhadap pemakaian pupuk mineral yang berasal dari pabrik karena akan menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya berpengaruh juga terhadap kesehatan manusia. Hal ini terjadi karena bahan makanan kita adalah hewan yang mengkonsumsi tanaman atau berupa tanaman yang mengambil hara dari tanah. Pencemaran air tanah juga disebabkan oleh pemupukan yang berlebihan.
Berdasarkan hal tersebut, makin berkembang alasan untuk mengurangi penggunaan pupuk mineral dan agar pembuatan pabrik-pabrik pupuk di dunia dikurangi atau dihentikan sama sekali agar manusia terhindar dari petaka polusi. Upaya pembudidayaan tanaman dengan pertanian organik merupakan usaha untuk mendapatkan bahan makanan tanpa penggunaan pupuk anorganik. Dengan sistem ini, diharapkan tanaman dapat hidup tanpa ada masukan dari luar sehingga dalam keidupan tanaman terdapat suatu siklus hidup yang tertutup.
Di dunia kehutanan, khususnya di Indonesia, banyak contoh kawasan hutan pada tanah yang kurus/ miskin hara tetapi tanaman hutan yang hidup di atasnya dapat hidup subur berkat siklus tersebut. Contoh hutan di sebagian Kalimantan Timur dijumpai pada tanah yang tergolong Quartzipsamment (USDA, 1994). Jenis tanah tersebut merupakan tanah yang miskin karena terdiri atas pasir kuarsa, sehingga banyak para ahli melukiskan Kalimantan tertutup oleh permadani hijau. Mengapa pada tanah miskin hara tanaman hutan di atasnya dapat tumbuh lebat? Banyak ahli berbeda pendapat mengenai hal ini. Tetapi, terjadi siklus hara tertutup pada tanah hutan inilah tang menyebabkan tanaman hutan dapat tumbuh lebat. Daun, ranting, dan organ tanaman hutna bila mati akan gugur ke bumi. Daun tanaman dan organ lain akan dimakan oleh hewan tingkat tinggi ataupun hewan tingkat rendah, termasuk fungi dan bakteri. Proses pemakanan jaringan tanaman oleh makhluk hidup tingkat tinggi dan tingkat rendah ini disebut proses dekomposisi. Proses ini tidak hanya pemecahan senyawa, tetapi juga sintesis senyawa.
Tingkat akhir dari proses dekomposisi disebut mineralisasi akan dilepaskan mineral hara tanaman yang terjadi merupakan penyusun bahan organik. Hara yang dilepas adalah N, P, K, Ca, Mg, S, dan unsur mikro. Unsur-unsur tersebut kemudian diserap oleh tanaman hutan untuk membentuk jaringan tubuh sebagai senyawa organik. Tanaman yang ditebang dari jaringan tanaman yang mati akan mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Proses mineralisasi akan melepaskan tanaman lagi. Begitu seterusnya sehingga tanpa pupuk tanaman hutan dapat tumbuh dengan lebat. Proses inilah yang dapat diupayakan untuk dilakukan pada tanah pertanian? Lepas dari pertanyaan ini, bahan organik dalam pertanian sebagai pupuk organik sangat dibutuhkan di samping pupuk mineral dari pabrik.
Banyak sifat baik pupuk organik terhadap kesuburan tanah antara lain sebagai berikut :

a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro) dalam jumlah tak tentu dan relatif kecil.
b. Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembus akar.
c. Bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang berat.
d. Bahan organik meningkatkan daya menahan air (water holding capacity), sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak. Kelengasan air lebih banyak terjaga.
e. Bahan organik membuat permeabilitas tanah menjadi lebih baik; menurunkan permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran) dan meningkatkan permeabilitas pada tanah bertekstur lembut (lempungan).
f. Bahan organik meningkatkan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation) sehingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi. Akibatnya, jika tanah yang dipupuk dengan bahan organik dengan dosis tinggi, hara tanaman tidak mudah tercuci.
g. Bahan organik memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan tingkat tinggi maupun tingkat rendah) menjadi lebih baik karena ketersediaan makan lebih terjamin.
h. Bahan organik dapat meningkatkan daya sangga (buffering capacity) terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah.
i. Bahan organik mengandung mikrobia dalam jumlah cukup yang berperanan dalam proses dekomposisi bahan organik.

Sedangkan sifat yang kurang baik dari bahan organik terhadap tanah antara lain sebagai berikut:

a. Bahan organik mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah. Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan karena bila diberikan ke dalam tanah. Sebab, bahan organik tersebut akan diserang oleh mikrobia (bakteri maupun fungi) untuk memperoleh enersi. Dengan demikian, populasi mikrobia yang tinggi memerlukan juga hara tanaman untuk tumbuhan dan berkembangbiak. Hara yang seharusnya digunakan oleh tanaman digunakan oleh mikrobia. Dengan kata lain, mikrobia bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan hara yang ada. Hara menjadi tidak tersedia (unavailable)karena berubah dari senyawa anorganik menjadi senyawa organik jaringan mikrobia yang disebut immobilisasi hara. Terjadinya immobilisasi hara tanaman sering menimbulkan adanya gejala defisiensi. Makin banyak bahan organik mentah diberikan ke dalam tanah, makin tinggi populasi mikrobia yang menyerangnya sehingga makin banyak hara yang mengalami immobilisasi. Walaupun demikian, bila mikrobia mati akan mengalami dekomposisi hara yang immobil dan berubah menjadi tersedia lagi. Jadi, immobilisasi merupakan peningkatan hara tersedia menjadi tiodak tersedia dalam waktu tidak relative lama.
b. Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering mengandung mikrobia patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk terhadap tanaman, hewan, dan manusia.
Berdasarkan asalnya pupuk organik digolongkan menjadi pupuk organik sisa hasil pertanian, pupuk kandang, pupuk hijau, gambut, dan limbah industri.

PROSPEK PERTANIAN ORGANIK

Prospek pertanian organik di masa mendatang mempunyai peluang usaha yang sangat baik dan cerah, karena kesadaran konsumen untuk
menkonsumsi sumber makanan yang sehat dan bergizi semakin meningkat. Konsumen yang baik bukan hanya memperhatikan porsi yang
ideal dan makanan yang baik dan sehat saja akan tetapi turut memperhatikan dan peduli tentang suatu proses produksi dan dampak-dampaknya.
Hasil produksi dari pertanian organik ternyata lebih bermutu dibanding dengan budidaya pertanian biasa. Beberapa kriteria yang
mempunyai nilai lebih antara lain rasa lebih enak, lebih awet disimpan, warnanya lebih menarik dan pasti lebih sehat karena tidak mengandung
residu bahan-bahan kimia.
Produk pertanian yang tidak mengandung residu bahan kimia berbahaya disukai konsumen saat ini dan masa mendatang, karena
masyarakat yang telah memahami tentang kesehatan akan memilih dan mengkonsumsi makanan yang tidak merugikan kesehatan
tubuh.
Dalam proses penerapan budidaya pertanian organik memang agak sulit dibandingkan dengan budidaya biasa yang menggunakan
bahan kimia (anorganik). Untuk itu orang yang akan mengembangkan pertanian organik harus mempunyai jiwa juang dan cinta
terhadap lingkungan dan semua isi alam. Harus mau mengenal alam dimana dia berada, mengembangkan cara-cara bertani yang
sesuai dengan keadaan alam setempat, mengenali dan mengembangkan sumber-sumber daya yang ada ditempat itu.
Hal yang tidak kalah pentingnya dalan penerapan pertanian organik adalah pemahaman tentang makhluk hidup dalam hubungannya
dengan lingkungan, sehingga mutlak dituntut kejelian dan ketelitian dalam setiap pengambilan keputusan serta tindakan di lahan usahataninya.
Sistem usahatani yang cocok untuk daerah tertentu belum tentu cocok untuk daerah lainnya, karena berkaitan dengan varietas yang
ditanam akan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kesuburan tanah, suhu, kelembaban, serta intensitas cahaya matahari. Selain itu jenis
hama dan penyakit yang berkembang akan ditentukan oleh varietas yang ditanam, perlakuan budidaya dan pengaruh lingkungan
setempat, sehingga kita harus menyesuaikan keadaan setempat untuk menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan
tumbuhan, binatang, mikroorganisme, tanah, udara dan unsur-unsur yang lainnya.

Pupuk Organik Lebih Produktif dan Ramah Lingkungan

Penggunaan pupuk ANORGANIK tak selamanya menguntungkan. Bahkan bisa jadi malah merugikan petani. Setidaknya itulah yang dialami petani di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Berpuluh-puluh tahun mereka menggunakan pupuk anorganik, seperti urea, KCl, dan TSP. Dalam rentang waktu sepanjang itu, atas perintah para penyuluh pertanian, petani terus memacu produktivitas komoditas pertanian melalui penggunaan pupuk anorganik secara intensif.

Dampaknya, kini tanah mereka kian mengeras. Struktur dan tekstur tanahnya pun tidak lagi segembur dahulu, sebelum mereka menggunakan pupuk anorganik.

Jauh sebelum pupuk anorganik beredar di pasaran, petani sudah terbiasa menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan, jerami, atau limbah pertanian tanaman. Namun kebiasaan petani yang kini menggarap sawah seluas 50.685 hektare ini tak dilanjutkan ketika pupuk anorganik dipromosikan sebagai penyelamat produktivitas mereka.

Sekilas memang, produktivitas panen meningkat. Namun lama kelamaan, penggunaan pupuk pabrik atau anorganik berdampak negatif pada tanah. "Pupuk tersebut membuat tanah menjadi keras dan struktur menjadi jelek," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Ir Marsudi Hadiwiyanto kepada Pembaruan pekan lalu.

Jika hal itu dibiarkan maka bukan tidak mungkin penghasilan produksi pertanian di Bantul yang saat ini telah mencapai 5,89 ton per hektar dalam bentuk Gabah Kering Pungut (GKP) akan menurun. Padahal tahun 2005 produksi padi di Bantul diharapkan bisa meningkat hingga 7,5 ton per hektar GKP. "Hal ini wajar karena sekitar 57 persen masyarakat Bantul bergerak di sektor pertanian," jelas Marsudi.


Mengembalikan Kesuburan

Atas dasar itu, pihaknya menyerukan petani untuk menggunakan pupuk organik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata penggunaan pupuk organik sangat baik untuk mengembalikan kesuburan tanah. "Kini petani kami sedang kembali beralih pada penggunaan pupuk organik," ujarnya.

Petani boleh lega. Sebab, Bupati Bantul Idham Samawi juga sepakat menggalakkan penggunaan pupuk berimbang yang terdiri dari campuran pupuk organik dan anorganik.

Bahkan, ada rencana dikeluarkannya larangan untuk menjual pupuk kandang ke luar wilayah Bantul. Hal itu demi menjaga agar kebutuhan pupuk kandang petani di sana dapat terpenuhi.

Sebelumnya pupuk organik justru banyak dijual ke daerah lain seperti Wonosobo, Temanggung, atau daerah-daerah penghasil tembakau dan sayuran. Konsekuensinya, Pemda akan membeli pupuk organik dari masyarakat lokal sesuai harga pasar.

Menurut Marsudi, saat ini telah terdapat beberapa kelompok petani di Bantul yang memproduksi pupuk organik dengan dikelola oleh sejenis paguyuban petani. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas tanah, pihaknya juga kembali menggerakkan kesadaran masyarakat untuk menanam oro-oro yang diyakni dapat membantu mengembalikan kesuburan tanah.

Dilihat dari segi ekonomi, penggunaan pupuk organik lebih murah ketimbang anorganik. Menurut Ketua Kelompok Tani Luwes Dusun Kepek Timbul, Desa Harjo, Bantul, Paijan, sebelumnya petani mengeluarkan sekitar Rp 89 ribu untuk membeli pupuk anorganik setiap sekali tanam dalam seribu meter persegi sawah.

Kini mereka cukup membeli pupuk organik beserta anorganik sebagai campurannya sebanyak Rp 90 ribu dan untuk dua kali masa tanam. Tentu saja hal ini dapat membantu memangkas biaya produksi.


Layak Dicontoh

Bantul memang layak dijadikan contoh bagi petani di daerah lainnya. Selain sudah mulai menerapkan penggunaan pupuk yang ramah lingkungan dan bisa diproduksi sendiri oleh masyarakatnya, Pemda pun ikut turun tangan dalam membenahi pascapanen.

"Untuk mencegah anjloknya harga komoditas pertanian, Pemda menyiapkan dana sekitar Rp 3,5 miliar untuk membeli produksi pertanian di Bantul. "Dana tersebut tidak hanya dimaksudkan untuk membeli padi tetapi juga jagung, kedelai, kacang tanah, cabe, tembakau, dan ketela pohon," urainya.

Strategi tersebut telah diterapkan di Bantul sejak 2001 lalu, di mana tersedia dana sebesar Rp 1 miliar untuk membeli sekitar 18 ton padi milik petani.

"Kami juga pernah membantu mendongkrak harga cabe di Bantul yang anjlok dari sekitar Rp 800-1.000 per kg menjadi Rp 1.500 - 2.000 per kg. Ketika itu kami membeli 44 ton cabe dan menjualnya ke pedagang di Jakarta dan Bandung. Cara ini sangat efektif mendongkrak harga cabe," ujar Marsudi.


Pengadaan Benih

Melihat sentra produksi Bantul, juga terlihat pemandangan menarik. Di beberapa serambi depan rumah, tampak bawang merah tergantung. "Itu dilakukan untuk menyiapkan benih bawang varietas tiron," kata Kepala Sub Dinas Ketahanan Pangan Provinsi DIY Dr Ir Achmad Kasiyani MSc.

Bawang ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan jenis bawang lokal lainnnya. Di antaranya tingkat produktivitas yang lebih tingi (rata-rata dapat mencapai 25 - 30 ton). Sementara produksi bawang lokal lain rata-rata hanya mencapai 11 - 13 ton. Selain itu jenis bawang tiron juga lebih tahan pada genangan air sehingga relatif lebih tahan terhadap serangan hama penyakit.

Bawang tiron itu sendiri awalnya dikembangkan oleh seorang petani bernama Tiron yang tinggal di kawasan Selatan, Kecamatan Pandaan, Klaten. Selanjutnya mutu bawang diuji di laboratorium Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bawang tiron juga dapat tumbuh di beberapa daerah lain, seperti Ponorogo, Wonosari, Lampung, dan lain-lain. "Karena keunggulannya itu bawang tiron pun menjadi bawang unggulan nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian per 21 Juli 2002," jelas Kasiyani.

Untuk membantu pengembangan bawang tiron, kata Marsudi, Pemda menyiapkan benih bawang tiron hingga 22,5 ton dan siap untuk dijual ke masyarakat. Bupati Bantul juga telah menyiapkan dana sebesar
Rp 1 miliar untuk pembangunan gudang bawang merah.

Dorong Pengembangan Beras Organik

Permintaan pasar Indonesia terhadap beras organik yang dihasilkan pertanian ramah lingkungan cukup tinggi. Karena itu, pemerintah diharapkan membuat regulasi untuk mendorong pertanian organik kembali berkembang di Indonesia.


Permintaan pasar Indonesia terhadap beras organik yang dihasilkan pertanian ramah lingkungan cukup tinggi. Karena itu, pemerintah diharapkan membuat regulasi untuk mendorong pertanian organik kembali berkembang di Indonesia.

Direktur Eksekutif Konsorsium Pelestarian Hutan dan Alam Indonesia (Konphalindo) Tejo Wahyu Djatmiko menyatakan hal tersebut kepada wartawan di Jakarta kemarin.

Menurut Tejo, tingginya permintaan beras organik terlihat dari banyaknya permintaan ke Konphalindo. ''Baru-baru ini satu outlet restoran Jepang meminta disediakan beras organik sebanyak 600 kg per bulan. Padahal, restoran Jepang tersebut memiliki banyak outlet. Permintaan lain juga banyak mengalir,'' ujarnya.

Hanya saja, lanjut Tejo, Konphalindo yang mengaku membantu menyalurkan pemasaran beras organik dari petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak bisa menyanggupi permintaan tersebut. Pasalnya, pertanian organik sendiri belum luas di Indonesia. ''Saat ini kita baru bisa menyalurkan beras organik sebanyak satu ton per bulan,'' katanya.

Menurut Tejo, saat ini terdapat delapan jenis beras organik, berasal dari padi lokal yang dikembangkan petani di antaranya menthik wangi, lestari, kenanga, rening, rajalele, dan si buyung.

Tejo mengatakan pertanian padi organik sebenarnya bukan barang baru di Indonesia. Pasalnya, sebelum ada pestisida dan penggunaan pupuk buatan secara besar-besaran di Indonesia yang dimulai 1970-an, hampir semua petani Indonesia mengembangkan pertanian organik. Pertanian organik merupakan pertanian yang tidak memakai pestisida dan pupuk kimia.

Tejo menyatakan pengembangan pertanian organik sangat penting dilakukan untuk mengatasi tingginya pencemaran di berbagai areal pertanian. Pencemaran ini karena penggunaan pestisida dilakukan secara besar-besaran. ''Ini jelas membahayakan masyarakat Indonesia karena mengonsumsi beras tercemar berbagai zat beracun dalam pestisida.''

Pencemaran pestisida sudah sampai dalam tubuh manusia, lanjut Tejo, bukan sekadar isapan jempol. Berbagai penelitian membuktikan hal itu.

Pada kesempatan itu, Tejo juga mengeluhkan rencana Departemen Pertanian yang akan mengembangkan pertanian padi organik hanya untuk kepentingan ekspor yang direncanakan tahun 2010.

Memandirikan Petani dengan Bertani Organik

Pertanian organik-yang ramah lingkungan-menjadikan petani lebih mandiri dari ketergantungan atas sarana produksi pertanian yang harganya terus naik.


Teknologi pertanian yang mengedepankan bibit hibrida, transgenik, pestisida, pupuk kimia, maupun hormon pertumbuhan ternyata hanya akan berujung pada ketergantungan petani. Pertanian organik-yang ramah lingkungan-menjadikan petani lebih mandiri dari ketergantungan atas sarana produksi pertanian yang harganya terus naik.

Demikian benang merah dari diskusi peluncuran buku Belajar dari Petani: Kumpulan Pengalaman Bertani Organik yang diselenggarakan di antaranya oleh Jaringan Organisasi Non Pemerintah Pendamping Petani, Konphalindo, Lesman, dan Yayasan Mitra Tani di Jakarta, Jumat (24/10).

Buku itu merupakan kumpulan tulisan pengalaman 50 petani organik di berbagai daerah di Jawa. Selain itu, dipaparkan juga berbagai tips bertani dan resep pestisida alami serta pupuk alami. Bahkan, secara rinci ada yang mencatatkan perhitungan biaya bertani organik yang jauh lebih murah ketimbang bertani non-organik.

Damayanti Buchori, peneliti Departemen Hama dan Penyakit Institut Pertanian Bogor, mengatakan, pertanian organik tidak berarti harus meninggalkan sama sekali bahan kimia seperti pupuk. Namun, hal itu merupakan proses yang bertahap dalam mengembangkan pertanian organik. "Prinsipnya, seminimal mungkin atau sama sekali meninggalkan pupuk dan pestisida kimia," katanya.

Menurut dia, pertanian non- organik telah membuat petani terperangkap dalam teknologi yang tidak mampu mereka ciptakan sendiri dan hanya menjadi pengguna. Sementara nilai tukar produk pertanian terhadap teknologi yang digunakan, seperti bibit hibrida, pestisida, dan pupuk, terus merosot.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup Sonny Keraf mengatakan, pertanian non-organik selama ini hanya mengerdilkan petani di atas kesejahteraan industri-industri besar produsen bibit, pupuk kimia, dan pestisida. Pertanian organik mendekatkan lagi petani dengan alam dengan menghargai keanekaragaman hayati dalam keseimbangan ekosistem.

"Pertanian organik sebenarnya kontra revolusi petani atas revolusi hijau. Petani revolusi diam-diam, tanpa kekerasan dan demonstrasi," ujar Sonny.

Damayanti mengatakan, pertanian non-organik lama kelamaan ternyata menimbulkan banyak masalah. Misalnya, unsur hara tanah yang semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras, bantat, dan sulit digarap. Hama tanaman lama juga semakin resisten akibat penggunaan pestisida kimia.

"Predator atau musuh-musuh alami hama akibatnya punah sehingga mengganggu ekosistem. Sebab, pestisida akhirnya bukan memusnahkan hama, tetapi justru predator alami hama itu," kata Damayanti. Selama ini pestisida kerap digunakan berlebihan, bahkan sebelum hama itu muncul.

Hendrastuti, petani organik dari Kulon Progo, DIY Yogyakarta, menuturkan, pertanian organik telah menjadi jalan bagi petani untuk mendekatkan kembali kepada alam dan kearifan tradisional. Sejak mengenal pertanian organik tahun 1993, Hendrastuti berhasil mengembangkan benih padi lokal yang tidak rakus unsur hara tanah dan tahan serangan hama. "Ilmu titen (mencermati-Red) dan kesabaran yang sebelumnya tergeser oleh pertanian modern kembali menjadi pedoman bagi petani. Prinsip keberlanjutan pertanian organik ini membuat tanah dan tanaman sehat," katanya.

Hendrastuti memanfaatkan pupuk kandang, pupuk hijau, dan jerami untuk menyuburkan lahan pertanian. Sementara pestisida alami yang diramunya, misalnya dari campuran daun mindi, buah lamtoro, dan daun kenikir. Untuk mengatasi ledakan hama, tanaman digilir untuk memutus siklus perkembangbiakan hama, misalnya dengan padi-padi-palawija.

Damayanti meyakini gerakan pertanian organik akan semakin meluas di Indonesia. Jika terus digalakkan, pertanian organik juga dapat menjadi jalan keluar bagi ketahanan pangan. Namun, dia menggarisbawahi paradigma ketahanan pangan seharusnya difokuskan pada ketahanan pangan lokal yang menghargai keanekaragaman bahan pangan pokok masyarakat.
Sumber: Kompas

Produk Organik Banyak yang Belum Disertifikasi

Hingga saat ini hampir sebagian besar produk pangan organik belum disertifikasi. Beberapa perusahaan dan perorangan telah mengajukan sertifikasi, tetapi tidak diberi karena sejumlah syarat tidak dipenuhi pemohon.

Sementara itu, verifikasi lembaga yang memberi sertifikasi juga terhambat oleh perubahan lembaga otoritas kompeten di Departemen Pertanian. Verifikasi diperlukan agar masyarakat percaya dengan lembaga kredibilitas lembaga penjamin pangan organik tersebut.

Direktur Lembaga Penjamin Pertanian Organik Indonesia Agung Prawoto di Bogor, Kamis (1/9), seusai seminar mengenai sertifikasi pangan organik mengatakan, sebanyak 16 perusahaan telah mengajukan untuk mendapat sertifikat produk pertanian organik. Akan tetapi, hingga sekarang enam perusahaan, dari 16 perusahaan yang mengajukan permohonan itu, belum mendapat sertifikat pertanian organik karena tidak memenuhi syarat.

Agung mengatakan, salah satu syarat yang tidak dipenuhi itu adalah soal dokumentasi mengenai usaha pertanian organik itu. Dokumentasi itu antara lain mengenai peta lahan, data jenis tanaman, dan asal benih yang ditanam.

”Umumnya mereka yang mengajukan permohonan tidak siap dengan dokumentasi ini. Padahal kami memperbolehkan data-data yang ada meski hanya satu musim tanam,” kata Agung. Ia menyebutkan, dari laporan yang ada terdapat belasan lembaga penjamin, tetapi kenyataannya hanya dua yang benar-benar beroperasi.

Terhambat perubahan status

Menurut Agung, lembaga yang dipimpinnya tengah mengajukan verifikasi ke Departemen Pertanian melalui Pusat Standarisasi Pertanian (PSP).

Akan tetapi, upaya verifikasi tersebut terhambat karena perubahan status PSP dari yang semula di bawah Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian berpindah ke Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Dengan demikian, upaya verifikasi yang telah diajukan dinyatakan gugur terkait dengan perubahan itu.

Dalam seminar, sejumlah pihak yang hadir mempertanyakan perlunya pengujian laboratorium dalam pencekan pangan organik. Dengan uji lab itu, konsumen mendapat kepastian mengenai kualitas produk tersebut.

Akan tetapi, Agung Prawoto mengatakan, persoalan pengujian untuk pertanian organik lebih ditentukan di lapangan. Pengujian yang dilakukan berdasar proses produksi di lokasi, bukan pada pengujian laboratorium.

”Pengujian laboratorium mulai dari air, tanah, daun, hingga produk sangat mahal. Memang pengujian dengan laboratorium akan lebih meyakinkan, tetapi basis kita pada pengujian proses produksi atau budidaya,” katanya.

Agung mengatakan, pengujian laboratorium akan dilakukan bila ada kecurigaan atau pelanggaran yang dilakukan perusahaan atau perorangan yang telah mendapat sertifikat pertanian organik. Konsumen produk organik berhak melaporkan bila ada kecurigaan atau kemungkinan penyimpangan.

Mengenai hak perusahaan atau perorangan yang telah mendapat sertifikat, Agung menyebutkan, perusahaan atau perorangan boleh mencantumkan label pertanian organik. Pencantuman label berwarna kuning untuk mereka yang baru saja melakukan konversi dari lahan konvensional ke pertanian organik. Sementara untuk label hijau digunakan bagi mereka yang telah melaksanakan pertanian organik.
Sumber: KCM

Bogor kembangkan pertanian organik

Pemerintah Kota Bogor memfokuskan program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis melalui pembangunan budi daya pertanian organik di daerahnya.

Pemerintah Kota Bogor memfokuskan program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis melalui pembangunan budi daya pertanian organik di daerahnya.

Walikota Bogor Iswara Natanegara mengatakan kedua program itu merupakan kebijakan Pemkot Bogor berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian setempat pada 2001-2005.

"Melalui pertanian organik, Bogor akan memperoleh dua keuntungan ganda," kata Iswara akhir pekan lalu.

Menurut dia, fokus kebijakan peningkatan ketahanan pangan terletak pada peningkatan produksi dan produktivitas, diversifikasi sumber daya dan bahan pangan, serta revitalisasi kelembagaan (petani).

Sedangkan fokus pengembangan agribisnis yakni mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan membangun keunggulan komparatif sumber daya alam dan sumber daya manusia yang telah tersedia di Kota Bogor.

Dia menyebutkan pemerintah melalui Deptan telah mencanangkan gerakan Go Organik 2010 untuk memperkenalkan para petani kepada sistem usaha tani pertanian organik. Sistem pertanian organik ini akan dilaksanakan secara bertahap dan diharapkan bisa terwujud di seluruh Indonesia pada 2010.

Iswara menjelaskan pertanian organik di kota Bogor telah mulai dilaksanakan oleh kelompok tani Mekar Tani, Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat pada komoditas padi di lahan 20 ha, diikuti oleh 27 orang anggota.

Bahkan, panen padi organik perdana menghasilkan 6,8 ton gabah kering panen, dengan harga jual Rp3.000 per kg.

"Ternyata harganya lebih tinggi dari harga gabah anorganik," katanya.

Hasil kerja sama

Walikot Bogor menambahkan pertanian organik di Sindang Barang merupakan hasil kerja sama dengan yayasan Proksidatani dengan bimbingan dari para pakar pertanian organik dari Institut Pertanian Bogor.

Selain pengembangan padi organic, pihaknya sedang merintis sistem sejenis pada komoditas unggulan lain yakni penanaman lidah buaya organik di lahan 1.122 ha, di lingkar kampus Universitas Nusa Bangsa (UNB). Kegiatan ini melibatkan 60 orang petani dari kelompok tani Kayu Manis, Sukadamai, dan Cibadak.

"Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama dengan UNB yang didukung dana dari APBD Kota Bogor pada 2002, melalui proyek pengembangan Agribisnis Perkotaan Pertanian Organik pada 2002," kata Iswara.

Melihat keberhasilan yang telah dicapai, katanya, ternyata kegitan pertanian organik merupakan salah satu cara mengimpelementasikan arah kebijakan pengembangan agribisnis pertanian, dan produk yang dihasilkan punya daya saing tinggi.

Hal ini, katanya, dapat dibuktikan bahwa sejak awal para petani telah mengadakan suatu ikatan perjanjian, yang hasilnya akan dibeli dengan harga lebih tinggi dari produk konvensional yakni oleh Koperasi Kehutanan untuk lidah buaya, dan Yayasan Prosidaktani untuk komoditas padi.

Selain itu, pertanian organik yang dilaksanakan ternyata sangat menyentuh masyarakat banyak terutama para petani kecil dan telah membuktikan sebagai agribisnis perkotaan yang berkerakyatan dengan memberikan keuntungan ganda.

TIDAK SEHARUSNYA PETANI BERJUANG SENDIRI

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan mengandalkan kehidupannya dari pertanian. Melihat kondisi alam yang kaya akan sumber daya alam dan sangat subur tentu kita berharap para petani di Indonesia adalah petani yang serba berkecukupan secara ekonomis. Tetapi harapan tinggal harapan, karena ternyata sebagian besar petani Indonesia adalah petani miskin dengan penghasilan jauh di bawah UMR. Kenapa hal ini bisa terjadi tentu patut kita pikirkan bersama untuk mencari solusinya.

Beberapa hal yang berperan terhadap semakin terpuruknya kehidupan petani kita antara lain adalah semakin berkurangnya lahan-lahan pertanian yang subur karena berubah fungsi menjadi areal pemukiman, perindustrian dan fasilitas umum; selain itu juga karena terjadinya lonjakan jumlah penduduk yang berakibat kepemilikan mereka terhadap lahan pertanian semakin berkurang. Selain hal-hal tersebut di atas kondisi cuaca global dan kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh perseorangan maupun kolektif juga ikut berperan. Kondisi yang tidak mendukung ini semakin diperparah oleh berbagai kebijakan pemerintah Indonesia yang sering tidak berpihak pada sektor pertanian ini. Seringkali para petani harus berjuang sendirian untuk memperoleh sarana produksi pertanian dan menjual hasil panennya. Kita sudah sering mendengar mengenai kelangkaan pupuk dan meskipun tersedia dengan harga yang semakin mahal, begitu juga dengan obat-obat pembasmi hama dan penyakit yang sangat mahal dan harus diakui bahwa sebagian besar masih harus diimpor, begitu memasuki masa panen petani harus mengalami kekecewaan lagi karena harga anjlok dan mereka harus membayar hutang ke para tengkulak atau para juragan yang memberi pinjaman untuk sarana produksi pertanian maupun untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Walhasil petani hanya membawa sedikit uang ke rumah bahkan kadang-kadang masih berhutang dengan jaminan rumah atau lahan mereka. Kejadian ini akan terus terjadi berulang-ulang seolah-olah menjadi lingkaran setan. Hal ini terjadi karena para petani hanya mampu bertani untuk memenuhi kehidupannya jadi mereka akan terus terikat pada lingkaran tersebut.

Peran pemerintah maupun pihak-pihak lain masih sangat diperlukan untuk meningkatkan kehidupan para petani. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan melindungi para petani dan kegiatan pertanian melalui kebijakan-kebijakan yang memberikan kestabilan harga pada saat panen, mampu menyediakan sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida) yang berkualitas dan terjangkau harganya. Selain itu masih diperlukan juga para tenaga lapang yang senantiasa memberikan pembinaan di tingkat petani karena seperti kita ketahui sebagian besar para petani merupakan petani tradisional yang belum mendapatkan sentuhan teknologi sama sekali. Tentunya akan lebih bijaksana lagi apabila pemerintah juga mulai berperan secara nyata dalam mengembangkan teknologi pertanian ramah lingkungan sehingga pengembangan sektor pertanian tidak hanya mengejar target peningkatan kuantitas tetapi juga meningkatkan kualitas hasil yang ramah lingkungan.

Saat ini pemerintah melalui Departemen Pertanian telah mencanangkan program go organik 2010. Diperlukan suatu kerja keras dan kesungguhan dari pemerintah agar program ini dapat berjalan dengan lancar dan tepat sasaran dan tidak hanya bersifat slogan saja. Masalahnya adalah apakah para petani sudah siap dan mampu mengikuti program tersebut mengingat pemerintah sebelumnya selalu mengedepankan peningkatan produksi pertanian melalui aplikasi pupuk dan pestisida kimia secara terus-menerus. Dalam hal ini diperlukan kerja sama dan kerja keras dari berbagai pihak agar dapat merubah kebiasaan petani menggunakan pupuk dan pestisida kimia untuk beralih ke bahan-bahan ramah lingkungan. Tentu saja petani tidak bisa mengerjakan program besar ini sendirian, diperlukan kekonsistenan dari pemerintah sehingga petani-petani yang senantiasa hidup serba kekurangan ini tidak selalu jadi bulan-bulanan proyek penguasa. Selain pemerintah masyarakat melalui LSM juga dapat berperan serta untuk menyukseskan program ini.

KFC Canangkan Go To Organic 2010

Written by fisa
Pada tanggal 13 Juni 2008 kemarin, franchise KFC meluncurkan 100% Organic Rice di Yogyakarta dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan dan makanan yang dikonsumsi. Dalam jangka panjang, waralaba Kentucky Fried Chicken mencanangkan KFC Go To Organic 2010.

Program yang telah berlangsung sejak April 2008 ini di seluruh Jawa Tengah merupakan hasil kerjasama KFC dengan PT Biotech Inti Organik, sebagai produsen beras organik premium dengan merek RI 1.

Program ini merupakan bagian dari pengembangan inovasi KFC dalam menyajikan nasi yang lebih pulen, nikmat dan bergizi yang ebrasal dari 100% beras organik premium RI 1, karena budidayanya tanpa menggunakan bahan bahan kimia mulai dari pembibitan hingga pengolahan lahan (lulus uji laboratorium SUCOFINDO yang menyatakan bebas pestisida organichlorine, bebas zat kimiawi).

Selain di Indonesia, KFC Indonesia juag merupakan satu satunya restoran fast food terbesar di Indonesia dan pertama kali di Indonesia yang memakain 100% beras organik. Dengan program ini secara tidak langsung, franchise KFC Indonesia juga turut membantu meningkatkan taraf hidup petani lokal di Jawa Tengah dan Lampung karena KFC membeli beras organik dengan harga 10% lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah.

Pada tanggal 13 Juni 2008 kemarin, franchise KFC meluncurkan 100% Organic Rice di Yogyakarta dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan dan makanan yang dikonsumsi. Dalam jangka panjang, waralaba Kentucky Fried Chicken mencanangkan KFC Go To Organic 2010.
Program yang telah berlangsung sejak April 2008 ini di seluruh Jawa Tengah merupakan hasil kerjasama KFC dengan PT Biotech Inti Organik, sebagai produsen beras organik premium dengan merek RI 1.

Program ini merupakan bagian dari pengembangan inovasi KFC dalam menyajikan nasi yang lebih pulen, nikmat dan bergizi yang ebrasal dari 100% beras organik premium RI 1, karena budidayanya tanpa menggunakan bahan bahan kimia mulai dari pembibitan hingga pengolahan lahan (lulus uji laboratorium SUCOFINDO yang menyatakan bebas pestisida organichlorine, bebas zat kimiawi).

Selain di Indonesia, KFC Indonesia juag merupakan satu satunya restoran fast food terbesar di Indonesia dan pertama kali di Indonesia yang memakain 100% beras organik. Dengan program ini secara tidak langsung, franchise KFC Indonesia juga turut membantu meningkatkan taraf hidup petani lokal di Jawa Tengah dan Lampung karena KFC membeli beras organik dengan harga 10% lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah.

DPTH LAMPUNG SELATAN CANANGKAN "GO ORGANIK 2010"

Kalianda, Lamung Selatan, 11/11 (Antara/FINROLL News) - Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura (DPTH) mencanangkan program "go organic 2010" untuk meningkatkan produksi sekaligus menjaga kesuburan lahan pertanian.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura, Edhi Djayus, di Kalinada, Rabu, mengatakan program go organik itu disosialisasikan sebagai salah satu upaya pemanfaatan pupuk organik oleh petani untuk meningkatkan hasil panen dan tetap menjaga ekositem kesuburan lahan dikemudian hari.

"Pembuatan pupuk organik dapat dilakukan dengan cara mengolah sumber organik yang ada disekitar petani yakni, jerami, kotoran ternak, dan sampah" kata dia.

Menurut dia, jerami dan sampah merupakan bahan pupuk organik yang paling baik karena pada batang jerami yang mebusuk memiliki kandungan yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman milik petani ditambah lagi dengan kotoran hewan ternak.

Berdasar keterangannya, untuk mendukung program itu pada tahun 2010 mendatang Distan telah memberikan mesin khusus pengolah pupuk organik dan juga memberikan bantuan ternak kepada kelompok tani untuk dibudidayakan dan diambil kotorannya sebagai pupuk organik.

"Kami menganjurkan kepada petani untuk mulai melakukan upaya ini dan agar peningkatan produksi pertanian dapat dilihat hasilnya secara signifikan pada tahun 2010 mendatang," harap dia.

Selain itu, dia menambahkan manfaat lainya yakni dapat mengurangi ketergantungan pupuk kimia yang sering sulit didapatkan oleh kalangan petani ketika musim tanam.

Menurutnya adakalanya juga petani membeli pupuk alternatif pengecer dengan harga lebih mahal dan itupun yang terkadang juga sulit didapatkan karena persediaan habis.

Dia mengatakan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat menyebabkan kesuburan lahan berkurang karena terlalu sering menggunakannya.

"Lahan terlalu banyak menyerap pupuk kimia biasanya menjadi keras dan tidak gembur saat diolah untuk ditanamai," kata dia.

Untuk menghindari kondisi itu para petani dapat mencampurnya dengan pupuk organik sebagai penambah unsur kesuburan tanah pupuk kimia sebanyak 200 kilogram harus dicampaur dengan satu ton pupuk organik.

Dengan cara itu kondisi tanah dapat dipelihara tanpa merubah unsur hara dalam tanah dan tetap meningkatkan produksi pertanian.

Tersenyum Berkat Jeruk Organik

Rudin Barus: Kini Kami dapat Tersenyum Berkat Jeruk Organik

"Sekarang kami para petani organik dapat tersenyum, bahkan tertawa" ungkap Rudin Barus (37 th) membuka percakapan kami di kebun jeruk dan kopi miliknya yang luasnya hanya setengah hektar di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. "Bila harga jeruk dapat bertahan diangka Rp. 2.000,- per kilogram maka kami sudah untung banyak, apa lagi kalau harganya bisa naik, imbuhnya. Waktu kami masih bertani dengan cara konvensional, walaupun harga jeruk naik tapi kami tetap saja berhutang karena menanggung biaya produksi yang sangat besar."

Rudin Barus sehari-harinya lebih dikenal dengan sebutan Pak Rona. Dalam perhitungannya, dalam satu tahun ia membutuhkan biaya sebesar Rp. 9.700.000,- untuk bertani secara konvensional pada lahannya yang setengah hektar itu. Namun saat ini, setelah ia beralih pada pola pertanian organik, ia hanya butuh biaya sebesar Rp. 2.640.000,- Keuntungan yang ia peroleh berlipat lantaran pengeluaran untuk biaya produksi dapat diminimalisir sekecil mungkin.

"Dulu kami dianggap orang ’gila’ karena bertani dengan cara yang tidak lazim. Tapi kami terus berupaya untuk dapat membuktikan bahwa apa yang kami lakukan merupakan langkah yang baik. Kami percaya bahwa dengan bertani organik, maka akan ada penurunan pengeluaran dalam usaha tani. Sehingga kami tidak perlu lagi berhutang kepada tengkulak dan toko-toko saprodi. Dengan tidak berhutang lagi, kami dapat mempertahankan lahan yang sekarang kami miliki. Kalau sudah begitu, maka kami tidak perlu lagi merambah hutan untuk membuka ladang baru. Bila hutan kami tidak dirambah lagi, pola pertanian yang kami lakukan dapat terus berlanjut karena sebagaian besar bahan untuk obat-obatan dan pestisida nabati ada di dalam hutan. Maka dengan demikian, kami juga bertanggung jawab untuk pelestarian hutan," imbuhnya.

Kini Pak Rona dan kawan-kawannya bahkan menganggap diri mereka sebagai orang-orang ’gila’, singkatan dari Gerakan Insan Lestarikan Alam. Penjelasan pak Rona menjadi masuk akal karena wilayah desanya merupakan satu dari beberapa desa yang terdapat di pinggiran Tahura Bukit Barisan, tepatnya di kawasan Sub DAS Lau Biang. (Sub DAS Lau Biang merupakan salah satu kawasan penting di Hulu DAS Wampu yang airnya terus mengalir ke hilir di Kabupaten Langkat-red).

Ia bersama kelompok masyarakat dari desa-desa di sekitar Tahura Bukit Barisan telah pula melakukan aksi-aksi lapangan untuk pelestarian Tahura Bukit Barisan melalui wadah Forum Konservasi Tahura Bukit Barisan (FKT). Selain mengembangkan pola bertani organik, FKT juga terlibat dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan rehabilitasi lahan serta kampanye konservasi.
(Syafrizaldi, ESP Sumut)



"Sekarang kami para petani organik dapat tersenyum, bahkan tertawa" ungkap Rudin Barus (37 th) membuka percakapan kami di kebun jeruk dan kopi miliknya yang luasnya hanya setengah hektar di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. "Bila harga jeruk dapat bertahan diangka Rp. 2.000,- per kilogram maka kami sudah untung banyak, apa lagi kalau harganya bisa naik, imbuhnya. Waktu kami masih bertani dengan cara konvensional, walaupun harga jeruk naik tapi kami tetap saja berhutang karena menanggung biaya produksi yang sangat besar."

Rudin Barus sehari-harinya lebih dikenal dengan sebutan Pak Rona. Dalam perhitungannya, dalam satu tahun ia membutuhkan biaya sebesar Rp. 9.700.000,- untuk bertani secara konvensional pada lahannya yang setengah hektar itu. Namun saat ini, setelah ia beralih pada pola pertanian organik, ia hanya butuh biaya sebesar Rp. 2.640.000,- Keuntungan yang ia peroleh berlipat lantaran pengeluaran untuk biaya produksi dapat diminimalisir sekecil mungkin.

"Dulu kami dianggap orang ’gila’ karena bertani dengan cara yang tidak lazim. Tapi kami terus berupaya untuk dapat membuktikan bahwa apa yang kami lakukan merupakan langkah yang baik. Kami percaya bahwa dengan bertani organik, maka akan ada penurunan pengeluaran dalam usaha tani. Sehingga kami tidak perlu lagi berhutang kepada tengkulak dan toko-toko saprodi. Dengan tidak berhutang lagi, kami dapat mempertahankan lahan yang sekarang kami miliki. Kalau sudah begitu, maka kami tidak perlu lagi merambah hutan untuk membuka ladang baru. Bila hutan kami tidak dirambah lagi, pola pertanian yang kami lakukan dapat terus berlanjut karena sebagaian besar bahan untuk obat-obatan dan pestisida nabati ada di dalam hutan. Maka dengan demikian, kami juga bertanggung jawab untuk pelestarian hutan," imbuhnya.

Kini Pak Rona dan kawan-kawannya bahkan menganggap diri mereka sebagai orang-orang ’gila’, singkatan dari Gerakan Insan Lestarikan Alam. Penjelasan pak Rona menjadi masuk akal karena wilayah desanya merupakan satu dari beberapa desa yang terdapat di pinggiran Tahura Bukit Barisan, tepatnya di kawasan Sub DAS Lau Biang. (Sub DAS Lau Biang merupakan salah satu kawasan penting di Hulu DAS Wampu yang airnya terus mengalir ke hilir di Kabupaten Langkat-red).

Ia bersama kelompok masyarakat dari desa-desa di sekitar Tahura Bukit Barisan telah pula melakukan aksi-aksi lapangan untuk pelestarian Tahura Bukit Barisan melalui wadah Forum Konservasi Tahura Bukit Barisan (FKT). Selain mengembangkan pola bertani organik, FKT juga terlibat dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan rehabilitasi lahan serta kampanye konservasi.
(Syafrizaldi, ESP Sumut)

ICS: Membangun Organisasi Penjaminan Kualitas Produk Organik

Oleh: Theresia Eko Setyowati (LESMAN, Boyolali – Jawa Tengah)

Dengan semakin terbukanya pasar produk organik, maka penjaminan kualitas mutu di semua level (petani, kelompok tani, pedagang, dan konsumen) adalah hal yang sangat penting. Penjaminan kualitas ini adalah merupakan kunci keberlajutan pasar produk tersebut.

Salah satu model penjaminan kualitas produk adalah dengan model Internal Control System/ICS (Sistem Penjaminan Internal). ICS sendiri arti harfiahnya adalah sistem penjaminan mutu yang terdokumentasi, yang memperkenankan lembaga sertifikasi mendelegasikan inspeksi tahunan semua anggota kelompok secara individual kepada lembaga/unit dari operator yang telah disertifikasi.

Yang harus dipahami adalah bahwa penjaminan mutu produk yang dirancang oleh kelompok adalah untuk meyakinkan kepada konsumen kualitas produk yang mereka hasilkan adalah sesuai dengan standar produksi maupun standar produk yang dibutuhkan konsumen.

Dalam pengembangan ICS, yang perlu direfleksikan adalah perjalanan proses penguatan organisasi yang menjadi kunci utama dari keberhasilan pengorganisasian petani maupun pengorganisasian produk yang akan dipasarkan. Orientasi pasar juga harus dipertimbangkan, baik pasar lokal, nasional, maupun internasional. Karena rangkaian pengorganisasian produk dan arah pemasaran akan berpengaruh pada strategi dalam menjalankan ICSnya.

Mengapa Pengorganisasian petani harus kuat, karena tanpa kesolidan kelompok dan mekanisme kelompok yang baik, maka kerja-kerja ICS tidak akan dapat dilakukan secara maksimal, karena komitmen dari semua anggota dan pengurus menjadi ukuran keberhasilan penjaminan mutu produk yang dilakukan sehingga konflik internal bisa teratasi.

Karenanya maka penerapan ICS di kelompok harus diawali dengan pemahaman tentang ICS itu sendiri, menyusun organ ICS, membangun mekanisme organisasi, tujuan ICSnya, wilayah pengorganisasian ICS, basis pengorganisasiannya, pilihan komoditinya, pasar produk yang dituju, penyusunan stándar proses produksi organik, serta spesifikasi produknya.

Penerapan ICS di kelompok membutuhkan proses waktu lama, sehingga percepatan yang bisa dilakukan adalah harus di dukung kesiapan pada organisasinya dalam mengelola ICS.

Selama ini, kendala yang cukup berat dalam pengorganisasian produk melalui ICS adalah penjaminan pasar produk anggota. ICS bertugas dalam pemasaran produk anggota, sehingga peran ICS bukan hanya lembaga penjamin kualitas produk di tingkat kelompok tetapi juga lembaga pemasaran produk anggotanya. Sehingga pilihan pemasaran dan pasarnya, sejak awal harus dibangun dan disepakati oleh semua anggota ICS.

Beberapa aspek dan kemampuan yang akan mendukung keberhasilan ICS diantaranya adalah: Infrastruktur, informasi pasar, jaringan pemasaran, mediasi, negoisasi, permodalan, dan peraturan-peraturan yang ada (regulasi, standar, hukum, dan norma budaya lokal).

Dan untuk mendukung dinamisnya fungsi kelembagaan penjamin kualitas produk anggota haruslah ada pengembangan kapasitas yang berkelanjutan untuk organ ICS (anggota dan pengurusnya) itu sendiri.

“Hidup Pertanian Organik Indonesia!"
Jalan masih panjang dan kita butuh tindakan nyata untuk membangun pasar organik sebagai bukti Pertanian Organik menguntungkan petani

SURA RAYA TANI ALAMI

13 Januari 2008
Kampung Cijulang,
Desa Sukaharja,
Kecamatan Cijeruk
Bogor

Perayaan menyambut pergantian awal tahun baru (1 Sura/Muharam) guna memberi penghormatan dan ungkapan syukur kaum tani atas kelimpahan tanah yang subur dan hasil bumi yang melimpah yang diwujudkan dengan mempersembahkan hasil bumi berupa sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian (sikep hejo buah beti).

Sekaligus mempertemukan kelompok tani alami, konsumen organik dan pihak pemerintah untuk bersama-sama melihat realita dan masalah yang ada di pertanian alami (baca: pertanian organik) serta mendiskusikan juga mencarikan solusi nyata dari berbagai pihak.

========================================================

Dewasa ini banyak orang berbicara soal makanan organik. Gerai penjualan buah dan sayuran organik pun belakangan ini semakin menjamur. Dan pertanyaan "Apakah pangan yang diproduksi mengikuti prinsip pertanian organik lebih sehat ketimbang pangan dari pertanian konvensional?" pun sering kali dipertanyakan oleh konsumen yang baru pertama kali ingin mengkonsumsi pangan organik.

Dari segi penampakannya, memang pangan organik tidak ada bedanya dengan pangan konvensional. Namun, telah terbukti bahwa pangan yang dihasilkan melalui cara bertani secara alami (organik) memiliki rasa dan tingkat keamanan yang jauh lebih baik ketimbang makanan yang dihasilkan dari pola pertanian modern yang banyak menggunakan senyawa-senyawa kimia. Berdasarkan pandangan itu, saat ini marak terjadi kecenderungan memilih bahan-bahan pangan organik (organic foods).

Selain dipicu oleh gerakan gaya hidup sehat back to basic. Gerakan ini juga mengkampanyekan sistem bertani dengan bibit lokal serta pupuk dan pengendalian hama yang alami. Pangan organik dianggap lebih bersahabat dengan lingkungan karena mengambil dari alam dan mengembalikannya kembali ke alam sembari menjaga keragaman hayati (tidak perlu membunuh mahluk hidup secara berlebihan karena penggunaan musuh alami atau pestisida dari bahan tanaman sendiri).

Namun gerakan yang mulai menapak ini juga tak lepas dari berbagai kendala. Kendala umum yang dihadapi para petani organik saat ini salah satunya adalah minimnya informasi terkait akses pasar. Tidak adanya jembatan antara produsen (petani) dan konsumen, serta kurangnya informasi dan komunikasi antara keduanya membuat produk orgaik sulit dicari. Disatu sisi para petani kesulitan memasarkan hasil pertaniannya sedangkan disisi lain para konsumen kebingungan dimana harus mencari dan membeli produk organik. Sementara pemerintah sepertinya kurang memahami kesulitan yang dialami para petani organik semisal betapa sulitnya akses pengairan saat musim kemarau.

Walaupun pemerintah telah mencanangkan "Go Organik 2010", hingga kini masih saja terjadi bias pemahaman mengenai pertanian organik. Kenyataan yang ada adalah gerakan pertanian organik masih terjadi di tingkat basis. Kalaupun ada, kegiatan itu masih di sokong oleh lembaga atau atas inisiasi pribadi. Realitanya masih belum menyentuh. Dari sektor pemerintah sendiri masih belum ada program yang massive. Di tataran dinas masih menjadi kaji tindak, belum ada keseriusan dalam bidang pertanian organik.

LOKASI
Kampung Cijulang, Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Bogor

WAKTU
13 Januari 2008


08.00
Peserta dari luar Desa Cijulang berangkat dari (start dari Terminal Bis DAMRI Bogor)


09.00
Tiba di lokasi


09.00-09.30
Sambutan dari panitia dan tokoh masyarakat


09.30-11.00
Nenjo Kebon...
Peserta diajak melihat sambil berinteraksi dengan para petani organik di kebunnya. Juga boleh panen di kebun


11.00-12.00
Pameran Produk Organik
(baik produk segar maupun olahan). Akan berlangsung dari awal hingga akhir acara


12.00-13.00
Lelang Produk Organik
Acara lelang produk organik ini diadakan disela-sela pameran, selama 2 jam. Kegiatan ini difasilitasi oleh panitia.


13.00-14.00
Makan Siang Organik ala Cijulang
Bahannya dipanen dari kebun organik Petani Desa Cijulang, dan disajikan oleh ibu-ibu Kelompok Perempuan Mandiri


14.00-15.00
Sarasehan: "Realita PO dan Solusinya"
Diikuti para praktisi yang berkecimpung di bidang pertanian organik (konsumen, produsen, pemasar organik, aparat pemerintah)


15.00-15.15
Penutupan


Hosted By:
Kelompok Tani Alami Saluyu Cijulang
Kelompok Perempuan Mandiri Cijeruk
Aliansi Organis Indonesia (AOI)
ELSPPAT

Sekretariat:
Graha Sukadamai Lt.2
Jl. Sukadamai Indah No.1, Budi Agung, Bogor
Telp./Fax: 0251-331785
E-mail: organicindonesia@organicindonesia.org
Website: www.organicindonesia.org

BERALIH KE PUPUK ORGANIK

Petani Mulai Beralih ke Pupuk Organik

Ditengah kelangkaan dan meroketnya harga pupuk kimia di pasaran, membuat petani di Hulu Sungai Tengah (HST) mulai merubah pola penggunaan pupuk. Ketergantungan dengan pupuk kimia sudah mulai dikurangi dengan menggunakan pukuk organik yang dikenal lebih ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan. Harga pupuk kimia saat ini sudah cukup langka didapatkan petani. Bahkan harganya yang sudah melebihi Harga Eceran Trtinggi (HET) di tingkat pengecer. Sehingga petani makin terpukul dengan kondisi demikian. Lalu ada solusi yang dicanangkan pemerintah guna mengurangi ketergantungan dengan pupuk kimia. Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan melalui gerakan ‘Go Organik 2010’. Lalu keluarlah rekomendasi dari Dekopin, Menteri Pertanian, dan Mentri Koperasi. Penggunaan pupuk organic ini dirancang untuk pembangunan dunia pertanian yang berkelanjutan. Di HST, penggunaan pupuk organik mayoritas sudah dilakukan petani. Selain ekonomis, hasil produksi yang didapat juga lebih menjanjikan. Keistimewaan lain dari pupuk organic ini, yakni mampu menjaga struktur tanah sehingga ramah lingkungan dan aman terhadap kesehatan. Kabid Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Perkebunan HST, Basuni, mengakui keunggulan pupuk organic ini. Kebiasaan masyarakat menggunakan pupuk kimia secara bertahap sudah diarahkan menggunakan pupuk organik. Kami sudah sosialisasikan kepada petani, karena pemerintah sudah mulai mencanangkan penggunakan pupuk organic. Di HST, sudah mayoritas petani menggunakan pupuk organik. Saat ini Dinas Pertanian Provinsi Kalsel sudah memiliki produk Treko Dharma di UPT Laboratorium Sungai Raya. Treko Dharma ini merupakan jenis pupuk organic yang dirancang dan diolah guna memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi petani. Harga Treko Dharma ini hanya Rp 40.000/liter. Di lahan satu hektar, petani cukup menggunkan enam liter. Sementara kalau kita melihat harga pupuk kimia seperti urea yang notebene disubsidi pemerintah, di tingkat pengecer sudah mencapai harga Rp 80.000/sak isi 50 kg. Padahal HET yang ditetapkan hanya Rp 60.000. Produksi pertanian seperti komoditi padi, jauh lebih meningkat. Sementara harga jenis pupuk ini jauh lebih ekonomis disbanding pupuk kimia. Di HST sudah ada tujuh kecamatan yang menggunakan jenis pupuk cair ini. “Rata-rata produksi yang dihasilkan meningkat drastis, yakni ada mencapai 20 blek/borongan” ujar Basuni. Ditengah petani yang sudah mulai beralih ke pupuk organic ini, setiap produsen pupuk organic diberi kesempatan untuk mempromosikan produknya. Saat ini, kemabl masuk salah satu produsen yang menjualpupuk biologi Agrobost. Pupuk cair yang ditawarkan ini, berdasarkan uji coba tanaman palawija seperti jagung di Kabupaten Tanah Laut, sudah menjukan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Konsultan Agrobost, Ir Cecep Sadikin, menyebutkan, di HST ini pihaknya sudah melakukan uji coba di beberapa demplot. Dan hasilnya cukup menggembirakan, sehingga petani cukup tertarik dengan jenis pupuk organic yang mereka tawarkan.

19 November 2009

Pertanian Organik Tanpa Pupuk Kimia dan Pestisida Gelar Panen Perdana

SEGAR: Panen perdana sawi pada pertanian organik. Tanpa pupuk kimia dan pestisida, hasilnya juga cukup baik dan tentu saja lebih sehat. FOTO RONALD/Pontianak Post

Singkawang,- Kelompok Tani Rezeki Kelurahan Roban melaksanakan Panen Perdana Pertanian Organik, kemarin. Menurut Supatmi, Ketua Poktan, pihaknya telah menerapkan pertanian organik pada petak lahan percontohan yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian Propinsi Kalbar dan Dinas Agribisnis Kota Singkawang sebagai mediator. "Program ini dimaksudkan untuk memperkenalkan pertanian organik tanpa pestisida dan pupuk kimia," katanya.

Disebutkan pula, Poktan Rezeki ini beranggotakan sebanyak 150 orang dengan luas lahan pertanian sebesar 35 hektar. Dalam petak percontohan, pihaknya menanam sawi keriting dan sawi hijau dengan menggunakan pupuk organik dari kotoran unggas, tanpa ada campuran pupuk kimia dan pestisida.

"Ke depan kami akan mencoba pupuk organik dari kotoran sapi. Kami ingin melihat bagaimana hasil pertumbuhannya," kata dia.

Berdasarkan hasil pengamatan pihaknya, tanaman sayur-sayuran pada petak lahan percontohan yang menggunakan pupuk organik tumbuh lebih lama dibandingkan dengan tanaman yang menggunakan pupuk kimia.

"Kalau pakai pupuk organik, lama tanam satu bulan sedangkan kalau menggunakan pupuk kimia, pertumbuhannya lebih cepat. Lama tanam 28 hari. Daun sayur-sayuran yang menggunakan pupuk organik ini lebih lembut," ujarnya.

Kegiatan pemanenan ini dihadiri antara lain oleh Kepala Dinas Agribisnis, drh Cipta Rahardja, Kepala Dinas Perindag, Drs HM Nadjib MSi, Anggota DPRD Paryanto, Camat Tengah, Drs Zulhiyar serta lurah dan PKK. Dalam sambutannya, Camat Tengah, Drs Zulhiyar menyatakan sangat mendukung digalakkannya pertanian organik. Karena itu, diharapkan usaha ini dapat terus dikembangkan. Pertanian organik, menurutnya punya beberapa keunggulan di antaranya aman bagi kesehatan.

Pertanian organik dinilai sangat prospektif mengingat akan didirikannya pabrik pupuk organik di Kota Singkawang.

Zulhiyar juga berharap agar penyuluhan-penyuluhan kepada para petani dapat lebih digencarkan oleh instansi terkait supaya pertanian di Kota Singkawang dapat menjadi lebih maju. Dari berbagai sumber diketahui bahwa pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik yakni menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan.

Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi, mengandung nutrisi tinggi dan ramah lingkungan. Semakin hari, kesadaran masyarakat konsumen mengenai hal ini semakin tinggi sehingga prospek pertanian organik pun kian meningkat.(rnl)

< Kelompok Tani Rezeki Kelurahan Roban melaksanakan Panen Perdana Pertanian Organik, kemarin. Menurut Supatmi, Ketua Poktan, pihaknya telah menerapkan pertanian organik pada petak lahan percontohan yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian Propinsi Kalbar dan Dinas Agribisnis Kota Singkawang sebagai mediator. "Program ini dimaksudkan untuk memperkenalkan pertanian organik tanpa pestisida dan pupuk kimia," katanya.

Disebutkan pula, Poktan Rezeki ini beranggotakan sebanyak 150 orang dengan luas lahan pertanian sebesar 35 hektar. Dalam petak percontohan, pihaknya menanam sawi keriting dan sawi hijau dengan menggunakan pupuk organik dari kotoran unggas, tanpa ada campuran pupuk kimia dan pestisida.

"Ke depan kami akan mencoba pupuk organik dari kotoran sapi. Kami ingin melihat bagaimana hasil pertumbuhannya," kata dia.

Berdasarkan hasil pengamatan pihaknya, tanaman sayur-sayuran pada petak lahan percontohan yang menggunakan pupuk organik tumbuh lebih lama dibandingkan dengan tanaman yang menggunakan pupuk kimia.

"Kalau pakai pupuk organik, lama tanam satu bulan sedangkan kalau menggunakan pupuk kimia, pertumbuhannya lebih cepat. Lama tanam 28 hari. Daun sayur-sayuran yang menggunakan pupuk organik ini lebih lembut," ujarnya.

Kegiatan pemanenan ini dihadiri antara lain oleh Kepala Dinas Agribisnis, drh Cipta Rahardja, Kepala Dinas Perindag, Drs HM Nadjib MSi, Anggota DPRD Paryanto, Camat Tengah, Drs Zulhiyar serta lurah dan PKK. Dalam sambutannya, Camat Tengah, Drs Zulhiyar menyatakan sangat mendukung digalakkannya pertanian organik. Karena itu, diharapkan usaha ini dapat terus dikembangkan. Pertanian organik, menurutnya punya beberapa keunggulan di antaranya aman bagi kesehatan.

Pertanian organik dinilai sangat prospektif mengingat akan didirikannya pabrik pupuk organik di Kota Singkawang.

Zulhiyar juga berharap agar penyuluhan-penyuluhan kepada para petani dapat lebih digencarkan oleh instansi terkait supaya pertanian di Kota Singkawang dapat menjadi lebih maju. Dari berbagai sumber diketahui bahwa pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik yakni menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan.

Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi, mengandung nutrisi tinggi dan ramah lingkungan. Semakin hari, kesadaran masyarakat konsumen mengenai hal ini semakin tinggi sehingga prospek pertanian organik pun kian meningkat.(rnl)

ORGANIK VERSUS ANORGANIK

Sudah sejak zaman purba orang mengetahui bahwa tubuh makhluk hidup (manusia, tumbuhan, dan hewan) dapat menghasilkan berbagai macam zat. Gula pasir didapat dari batang tebu, dan gula merah dihasilkan dari pohon enau. Beras dan gandum dapat diuraikan oleh ragi menjadi alkohol. Bangsa Mesir kuno sudah mengenal formalin, suatu zat pengawet yang dihasilkan oleh semut. Orang Mesopotamia dahulu memperoleh zat-zat pewarna dari hewan molluska. Pupuk urea didapatkan dengan menguapkan air seni (urine) mamalia. Kini kita mengetahui bahwa fosil tumbuhan dan hewan yang terpendam berabad-abad dalam tanah dapat berubah menjadi minyak bumi.

Menjelang akhir abad ke 18, para ahli kimia membagi senyawa-senyawa menjadi dua kelompok :
a. Senyawa organik, yang dihasilkan oleh makhluk hidup (organisme)
b. Senyawa anorganik, yang dihasilkan oleh benda mati (kulit bumi atau udara)

Istilah organik dan anorganik ini diusulkan oleh Karl Wihem Scheele (1742 -1786) dari Swedia pada tahun 1780. Pada tahun 1807, Jons Jakob Berzelius(1779-1848) mengeluarkan teori bahwa senyawa-senyawa organik hanya dapat dibuat di dalam tubuh makhluk hidup dengan bantuan “daya hidup” (Vis Vitalisdalam bahasa Latin), sehingga senyawa organik tidak mungkin dapat dibuat dari senyawa anorganik di laboratorium. Oleh karena Berzelius dipandang sebagai ahli kimia terbesar pada saat itu, teorinya dianut oleh para ilmuwan lainnya tanpa ragu-ragu. Ternyata teori “daya hidup” itu tidak bertahan lama, dan akhirnya ditumbangkan oleh murid Berzelius sendiri, Friedrich Wohler (1800 -1882) dari Jerman. Pada tahun 1827, Wohler mereaksikan perak sianat dengan amonium klorida untuk membuat amonium sianat.
AgOCN + NH4CL à NH4OCN + AgCl(s).

Ketika Wohler menguapkan pelarut air untuk memperoleh kristal padat amonium sianat, ternyata pemanasan yang terlalu lama menyebabkan amonium sianat berubah menjadi urea !. NH4OCN à (NH2)2CO.
Penemuan Wohler itu menggemparkan dunia ilmu kimia, sebab urea (senyawa organik) dapat dibuat dari amonium sianat (senyawa anorganik), atau sebagaimana bunyi surat Wohler kepada Berzelius tertanggal 22 Februari 1828 : “ Saya mampu membuat urea dalam tabung reaksi tanpa bantuan ginjal hewan atau manusia “.
Sejak saat itu banyak senyawa organik yang diproduksi di laboratorium, bahkan para ahli kimia mampu mensintesis senyawa-senyawa organik yang baru.

Dukung Go Organic 2010, JPO targetkan rangkul semua kabupaten/kota di Jateng

Boyolali (Espos)–Jaringan Petani Organik (JPO) Provinsi Jateng mentargetkan bisa merangkul semua kabupaten/kota di provinsi tersebut. Hal itu dilakukan dalam rangka mendukung program pemerintah Go Organik 2010.
Demikian disampaikan Ketua JPO Provinsi Jateng, Ir Agus Wiryatmo saat ditemui Espos pada sela-sela acara Pelatihan Ternak Kambing Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) Dadi Mulyo I dan II di Pusat Pelatihan, Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Subur Desa Kaligentong Kecamatan Ampel, Senin (9/11).

“Saat ini, sudah ada 16 kabupaten dan kota yang membentuk JPO. Target kami, sebanyak 35 kabupaten dan kota di Jateng bisa bergabung dengan JPO untuk mendukung program pemerintah Go Organik 2010,” terang Agus.

Agus mengaku memang agak sulit dalam mengajak petani untuk beralih ke organik. Untuk itu, kata dia, JPO berusaha menghimpun petani organik yang sudah ada. Ditambahkannya, selama ini dalam pemasaran beras organik yang dilakukan JPO berjalan lancar.

Secara umum, ucap Agus, pemasaran yang dilakukan JPO berpusat di Warung Ijo di Salatiga dan Pasar Tani Boyolali. Dijelaskan dia, bagi petani yang belum bisa memasarkan beras organik, JPO berusaha membantu menjualkan. Adapun harga beras organik curah atau yang belum dikemas yaitu Rp 8.000/kg.

PROGRAM GO ORGANIK 2010 Gerakan Mempercepat Pertanian Organik

GO ORGANIK 2010 adalah program yang dicanangkan pemerintah untuk menunjang program ketahanan dan kemandirian di bidang pertanian. Dengan digulirkannya program pertanian tersebut, berdampak kepada sektor swasta sebagai pelaku usaha untuk turut serta berpartisipasi mensukseskan ketahanan dan kemandirian di bidang pertanian.

Menurut Satria Khresna Wardhana, Direktur PT. Greenland Niaga Indonesia produsen Pupuk Organik Cair SUPERFARM, sebenarnya pola pertanian organik sudah tumbuh lama didasari oleh kesadaran masyarakat petani akan faktor produktivitas lahan, faktor ekonomis, keseimbangan ekosistem, dan juga faktor kesehatan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah, pelaku industri pertanian dan khususnya petani untuk kembali ke pola pertanian organik, namun memang dirasa perlu untuk membuat suatu gerakan agar program organik dapat berjalan lebih cepat dan terarah. GO ORGANIK 2010 adalah momentum dimulainya pemasyarakatan pertanian organik dalam skala luas.

Dengan dicanangkannya GO ORGANIK 2010 oleh pemerintah, maka diharapkan berkembangnya seluruh industri di sektor pertanian. Salah satunya adalah para pelaku industri Pupuk Organik. Skala industri para pelaku pupuk organik bukan hanya berskala besar, tetapi juga skala rumah tangga. Dengan memanfaatkan limbah dan bahan organik di lingkungan maka akan menghasilkan nilai tambah ekonomis dan sosial budaya. Karena itu pertumbuhan industri pupuk organik seharusnya didukung dan dikembangkan.

Satria mengingatkan bahwa dengan pola pertanian organik ini bukan berarti anti terhadap pupuk kimia dan produk produk sintetis lain. Sebab tidak dipungkiri bahwa tanah memerlukan kandungan hara yang terdapat pada pupuk kimia, namun harus disadari pula bahwa sebenarnya banyak sekali bahan kimia alami yang bisa dimanfaatkan dari alam bumi tercinta ini.

Misalnya memanfaatkan jerami hasil panen, karena mengandung unsur-unsur pupuk alami NPK, untuk N berkisar 1%, P berkisar 0.7%, dan K berkisar 0.9% serta unsur mikro lainnya. Berarti bila petani mampu memanfaatkan jerami hasil panen tersebut, katakan dari 1 ha panen terdapat 10 MT jerami dan kemudian diolah menjadi pupuk organik / kompos menghasilkan 40% pupuk organik, berarti petani sudah memasukkan kembali unsur hara yang dibutuhkan lahan dengan kandungan sebesar 40 kg unsur (N) Nitrogen murni setara dengan 89 kg urea, 28 kg unsur (P) Phosphat murni setara dengan 78 kg SP36 dan 36 kg unsur (K) Kalium setara dengan 60 kg KCl, beserta unsur mikro lain yang bermanfaat. Jadi dengan teknologi petani dapat menggunakan pupuk kimia lebih terkontrol.

Mengenai pestisida, insektisida dan produk sintetis lain untuk pembasmi hama dan penyakit adalah baik sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan gangguan hama dan penyakit. Namun diharapkan untuk menggunakan secara lebih bijaksana. Banyak alternatif bahan organik yang dapat digunakan sebagai bio pestisida dengan memanfaatkan tumbuhan pestisida nabati; mahkota dewa, kunyit, laos, tembakau dan tumbuhan bio pestisida lain. Dengan perlakuan pengendalian hama secara organik dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan berdampak pada faktor kesehatan dan kualitas produk pertanian.

Menurut Satria ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pola pertanian organik dan teknologi pertanian organik yaitu :
1. Tanah yang harus dikembalikan kesuburannya
Perlu diberikan decomposer, berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri yang merugikan/pathogen dan meningkatkan aktifitas biota tanah yang menguntungkan, menetralisir racun pada tanah akibat penggunaan produk produk sintetis, menguraikan bahan organik menjadi senyawa organik yang mudah diserap dan sebagai starter untuk melapukkan bahan organik/pembuatan pupuk organik.

BERTANI KEMBALI KE ALAM

Seiring kesadaran manusia akan kelestarian alam semesta, kini muncul kesadaran bahwa segala sesuatu harus dikembalikan ke alam (mengikuti proses alamiah ~ Sunnatullah), demikian pula dalam pola bercocok tanam.

Dewasa ini muncul kesadaran betapa bahayanya pertanian yang mengandalkan pupuk kimia dan pestisida.

Alasannya, bahwa penggunaan pupuk kimia dan pestisida telah merusak tanah dan lingkungan, sehingga akan menurunkan produksi tanaman. Pupuk an-Organik (kimia buatan pabrik) yang digunakan secara terus menerus dalam takaran yang selalu ditingkatkan, menyebabkan menurunnya daya dukung tanah, sehingga penambahan jumlah pupuk ke lahan tidak lagi dapat meningkatkan hasil panen.

Pestisida yang digunakan secara terus menerus tanpa pandang bulu, akan menyebabkan hama dan penyakit menjadi kebal / imun, dan akibatnya akan melahirkan hama dan penyakit baru yang jauh lebih tangguh dari sebelumnya.
Varietas unggul baru yang selalu diperkenalkan untuk mengatasi hama dan penyakit baru, belum juga dapat menjawab permasalahan yang ada, bahkan cenderung menyingkirkan penggunaan varietas unggul lokal.

Dampak negatif penggunaan pestisida dan pupuk an-Organik (kimia) merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi munculnya Pertanian Organik atau Pertanian kembali ke alam, yaitu bertani tanpa menggunakan pupuk buatan pabrik, pestisida maupun tanpa zat pengatur tumbuh tanaman. Dalam pertanian organik, petani diharuskan bekerjasama dengan alam, bukan memanfaatkan alam dengan cara menaklukkannya. Prinsip bertani secara alami adalah tanpa pengolahan lahan, karena tanah mengolah dirinya sendiri lewat daya tembus akar, aktivitas micro-organisme, binatang-binatang kecil, termasuk cacing penyubur tanah, tanpa pupuk kimia, karena pupuk kimia terbukti merusak hara penting dalam tanah dan akan terus menggerogoti kesuburan tanah. Padahal kalau tanah dibiarkan pada keadaannya sendiri, maka tanah akan menjaga kesuburannya sendiri, sesuai dengan daur yang teratur dari tumbuhan dan binatang.

Gulma tidak perlu dibasmi, karena gulma dan tanaman liar memainkan peranannya sendiri dalam membangun kesuburan tanah dan dalam mengembangkan komunitas biologis. Gulma sebaiknya dikendalikan, bukan dimusnahkan.

Bertani yang tidak tergantung pada bahan kimia, caranya dilakukan dengan cara menanam tanaman yang kuat pada suatu lingkungan yang sehat. Serangga dan hama pengganggu yang merugikan pasti selalu ada, tapi bukan harus membasminya dengan menggunakan bahan kimia beracun.

Bila proses pertumbuhan tanaman berjalan secara alamiah, tanpa banyak rekayasa akan menghasilkan produk yang berkualitas. Bila zat hara seimbang, tidak dominan, maka tanaman akan mendapatkan makanan yang lengkap, hasilnya komponen yang terkandung pada daun dan buah akan Ideal, karena bebas dari residu kimia.

HIDUP SEHAT DENGAN MAKANAN ORGANIK

Tak ada orang yang tak mau hidup sehat. Dengan pola hidup teratur dan menghindari stres, hal itu bisa terpenuhi. Satu hal lain yang patut diperhatikan adalah pemilihan makanan. Seperti apa makanan yang bisa dibilang baik, hingga bisa menunjang pola hidup sehat tersebut. Jenis makanan organik merupakan solusi saat ini.


Hingga sekarang masih banyak orang yang bertanya-tanya mengenai pangan organik. Banyak juga yang mendefinisikannya sebagai makanan segar tanpa bahan kimia dan pestisida. Namun, banyak juga yang menganggap makanan jenis ini adalah makanan khusus orang-orang yang ‘gila’ kembali ke alam. Terlepas dari itu semua, harus diakui jenis makanan ini baik untuk mengurangi efek negatif racun dari berbagai bahan kimia dan pestisida.
Istilah makanan organik tidak sepenuhnya mengacu pada objek makanan tersebut. Namun menyangkut bagaimana proses produksi dan pengolahan makanan. Jadi ada benarnya anggapan jenis makanan diproduksi tanpa menggunakan bahan-bahan kimia beracun.
Sampai sekarang kita tak bisa lepas sepenuhnya dari residu kimia dan pestisida. Contohnya tanah masih tetap mengandung bahan kimia karena penggunaan pupuk urea. Atau polusi udara dan air yang juga turut memberikan andil. Ini karena tidak semua petani Indonesia menggunakan sistem pertanian ekologis – memperhatikan kaidah kesehatan dan lingkungan.
Jadi, apa alasan kuat yang bisa diajukan untuk memilih makanan jenis ini.

Alasan
Hippocrates, pemikir ilmu kesehatan modern, mengungkapkan biarkan makanan menjadi obat Anda dan biarkan obat menjadi makanan Anda. Pemikiran Hippocrates tersebut sekarang digali ulang sebagai landasan mengapa kita seharusnya memilih makanan.
Alasan yang berikutnya adalah masalah masa depan. Generasi penerus kita tidak seharusnya menerima akibat negatif dari apa yang kita lakukan sekarang. Hasil studi terakhir membuktikan bahwa anak-anak terkena empat kali lebih banyak efek pestisida daripada orang dewasa.
Sampai sekarang tercatat setidaknya ada delapan jenis pestisida dalam makanan yang dapat menyebabkan kanker. Pilihan makanan yang non-residu kimia dan pestisida saat ini akan membawa pengaruh penting pada kesehatan generasi mendatang.
Juga masalah ini bersangkutan dengan kemauan kita melindungi kualitas air. Seperti kita tahu, dua pertiga dari tubuh kita mengandung air. Air juga memenuhi dua pertiga isi bumi ini. Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Tapi, hingga sekarang diperkirakan kebanyakan air tanah telah tercemar oleh pestisida.
Sudah ada 38 negara yang tingkat pencemaran airnya melebihi ambang batas, dan mirisnya berarti lebih dari setengah penduduk negara tersebut meminum air tercemar tadi.
Alasan lain adalah penghematan energi. Kebanyakan pertanian modern sekarang menggunakan bahan bakar minyak bumi. Hingga mencapai total 12 persen yang dikonsumsi oleh sektor tersebut. Berarti banyak energi yang dibutuhkan untuk memproduksi pupuk kimia daripada untuk mengolah dan memanen tanaman.
Secara kesehatan, pestisida ternyata bisa juga menyebabkan kanker. Hampir 1,4 juta kasus kanker di dunia disebabkan oleh bahan ini. Ternyata pestisida juga memberikan pengaruh pada cacat kelahiran, kerusakan syaraf dan mutasi genetik.
Memilih makanan ini berarti kita juga menolong kelangsungan hidup petani. Secara kesehatan, para pekerja pertanian terancam saat harus menggunakan pestisida. Ini karena aturan penggunaan pestisida di negara berkembang belum menjamin keamanan penggunaannya. Hingga sekarang diperkirakan satu juta petani mengalami keracunan pestisida per tahunnya. Beberapa jenis pestisida yang dilarang digunakan di negara AS ternyata masih diproduksi dan diekspor ke negara-negara berkembang tersebut.

Keuntungan
Memilih makanan organik ini bila dilihat dari segi nutrisi, ternyata mengandung kandungan gizi lebih baik dibandingkan dengan bahan pangan non-organik. Sehingga secara logika berarti lebih membantu proses pertumbuhan dan perbaikan tubuh bila mengalami masalah.
”Makanan juga jenis ini juga ternyata lebih hemat”, demikian menurut penuturan Ibu Bibong Widyarti D, salah seorang pengguna jenis makanan ini. Hal tersebut bisa dimungkinkan karena jenis makanan ini lebih lama basi, hingga tidak banyak beras yang terbuang, lanjutnya menguatkan.
Jadi, bukanlah hal yang merugikan bila kita memutuskan menggunakan jenis produk makanan ini sebagai alternatif makanan keluarga kita di rumah. Untungnya adalah penghematan proses produksi dan mengurangi tingkat kerusakan lingkungan di bumi yang kita cintai ini.

PERANAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAH

Pemakaian pupuk buatan untuk tanaman padi sawah, telah diperkenalkan kepada petani secara massal, bersamaan dengan pelaksanaan program intensifikasi Bimas sejak akhir tahun 1960-an. Sebelum itu, petani biasanya menggunakan pupuk kandang dan abu dapur dalam jumlah terbatas. Dengan pemakaian bibit unggul yang tanggap terhadap pemupukan, maka pupuk buatan (pupuk anorganik) seperti Urea, TSP dan KCl memberikan sumbangan nyata terhadap peningkatan produksi padi nasional. Sejak itu, petani selalu menggunakan pupuk buatan untuk tanaman padi sawah dan mengesampingkan pupuk organik karena lebih mudah dan murah memanfaatkan pupuk pabrik serta cepat mendapat respon tanaman padi yang jelas. Penggunaan pupuk anorganik (pabrik) dalam waktu lama dan terus-menerus ,mengakibatkan: sifat fisik tanah memburuk, tanah menjadi padat, terjadi penimbunan fosfat, keadaan mikrobiologi tanah kurang serasi sehingga kegiatan jasad mikro tanah merosot. Hal ini disebabklan karena kadar bahan organik tanah telah merosot. Kadar bahan organik tanah merupakan kunci utama kesehatan tanah, secara fisik, kimia dan biologi. Oleh karena itu, upaya memperbaiki kesehatan tanah dilakukan melalui pengelolaan bahan organik.

Peranan Bahan Organik Tanah terhadap Fisik Tanah
Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, bobot isi rendah dan dengan kelembaban tanah tinggi serta temperatur tanah yang stabil, meningkatkan kegiatan jasad mikro tanah, sehingga pencampurannya dengan bagian mineral memberikan struktur tanah yang gembur dan remah serta mudah diolah. Struktur tanah yang demikian, merupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir atau tanah yang berstruktur gumpal, bila dicampur dengan bahan organik, memberikan sifat fisik yang lebih baik. Tanah yang kandungan bahan organiknya tinggi, lebih mudah diolah daripada yang kandungan bahan organiknya rendah., tidak membentuk kerak (crust) dan tidak merekah besar (crack) jika kekeringan dan mempunyai tingkat kekerasaan yang rendah.

Peranan Bahan Organik Tanah terhadap Kimia Tanah
bahan organik berfungsi sebagai gudang penyimpan hara, juga mudah melepaskan hara tersebut untuk dipakai oleh tanaman. Fosfat yang semula terfiksasi Ca, Fe dan Al dan tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsur-unsur Ca, Fe dan Qal tersebut, diikat bahan organik menjadi organo-kompleks. Proses ini adalah proses kimia, sehingga kelarutan Al dan Fe dalam tanah yang semula tinggi dan bersifat racun dapat dikurangi. Tidak semua Al dan Fe tersebut dapat terikat tetapi hanya beberapa bentuk dalam senyawa tertentu. Dengan berkurangnya kadar Al dan Fe pada penggunaan bahan organik, maka pengapuran tanah yang bertujuan untuk mengurangi keracunan Fe dan Al dapat juga dikurangi atau bahkan dapat dihindari. Tetapi pengapuran yang bertujuan untuk mensuplai hara Ca, masih diperlukan. Pada sawah, kehilangan N melalui volatilisasi amonia, dapat dikurangi karena serapan ion amonium diikat humus dalam tanah meningkat sehingga menjadi tersedia untuk tanaman.

Peranan Bahan Organik Tanah terhadap Biologi Tanah
bahan organik tanah adalah sumber utama energi atau menjadi bahan makanan bagi aktivitas jasad mikro tanah. Penambahan bahan organik dengan C/N rasio tinggi mendorong pembiakan jasad renik dan mengikat beberapa unsur harta tanaman. Setelah C/N rasio turun, sebagaian jasad mikro mati dan melepaskan kembali unsur hara ke tanah. Makin banyak bahan organik, makin banyak populasi jasad mikro dalam tanah.
Pupuk Kompos Memperbaiki Kesuburan Tanah Lahan Sawah
Pupuk kompos (pupuk kandang) adalah salah satu jenis pupuk organik sebagai hasil limbah ternak berupa kotoran yang bercampur dengan sisa hijauan pakan. Salah satu cara memperbaiki kesehatan tanah yang sakit dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kompos. Pupuk kompos ini sebagai bahan organik akan memperbaiki aspek kimia, fisik dan biologi tanah. Walaupun pengaruh tanaman padi terhadap penyerapan zat hara yang disediakan pupuk kompos relatif lebih lama dibanding dengan pemberian pupuk buatan, namun jangka waktu manfaatnya bagi tanaman padi lebih lama. Relatif lamanya penyerapan zat hara dari pupuk kompos karena pupuk kompos tersebut harus dirombak lebih dahulu oleh jasad renik menjadi bentuk yang sederhana agar mudah diserap oleh akar tanaman. Pemberian pupuk kompos dalam jangka waktu lama, justru akan memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan aerasi tanah.
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), 2000.
Penyusun : Eriawan Bekti dan Yanto Surdianto

PUPUK ORGANIK JAGA KESUBURAN TANAH

Dalam rangka mengurangi pemakaian pupuk kimia jenis Urea dan SP-36, serta menjaga tanah tetap subur, kelompok tani Sri Maju II, Desa Kuripan Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) mengeluarkan terobosan-terobosan terbaru dengan memproduksi pupuk organik bagi pertanian.

Produksi pupuk organik atau kompos yang menggunakan bahan dasar alami seperti kotoran binatang dan sampah yang banyak mengandung mikro organisme sebagai penyubur tanaman pertanian dan perkebunan.

Ketua Kelompok Tani Sri Maju II, Mulyono ketika ditemui di lokasi pembuatan pupuk organik kemarin, mengatakan, pembuatan pupuk oraganik dari bahan-bahan alami seperti kotoran binatang dan sampah sudah dilakukan sejak 2 tahun yang lalu. Tujuan dari pembuatan pupuk organik tersebut adalah untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia, menjaga kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, memperkaya bahan makanan dalam tanah dan menetralisir kimia atau racun dalam tanah.

Selama ini petani hanya tergantung dengan persediaan pupuk kimia seperti Urea dan SP-36 untuk pemupukkan tanaman padi dan palawija. Secara tidak sadar, petani telah mematika unsur kandungan humus atau bahan organik yang terdapat dalam tanah. Inilah yang menyebabkan tanah menjadi berkurang kesuburannya, kata Mulyono.

Menurut Mulyono, pembuatan pupuk kompos atau organik dari bahan-bahan alami sangat mudah. Selain itu, bahan-bahan yang akan digunakan sebagai pupuk organik sangat banyak ditemukan di daerah pedesaan. Pupuk Organik bahan dasarnya seperti kotoran binatang, sampah-sampah yang sudah membusuk, bahan makanan yang sudah busuk, tahi gergaji dan dedak hasil gilingan padi.

Bahan-bahan untuk pembuatan pupuk kompos sangat banyak ditemukan. Proses pembuatan pupuk organik ini sangat mudah. Cukup bahan yang sudah disediakan dicampur atau diaduk yang ditambah dengan cairan untuk mempercepat proses jadi pupuk tersebut. Jenis obat organisme itu adalah Medium Mikroba (MM-17 Cair), tutur Mulyono.

Manfaat lain penggunaan pupuk organik untuk pertanian adalah mengurangi penggunaan pupuk kimia. Pengurangan pupuk kimia hingga 50 persen untuk 1 hektar lahan pertanian. Jika sebelumnya lahan 1 hektare menggunakan pupuk kimia hingga 450 kg, dengan menggunakan pupuk organik mampu mengurangi hingga 50 persen. Selain penggunaan pupuk kimia berkurang, tanah pertanian tetap terjaga kesuburannya, pungkasnya. (*)

Cara Pengolahan Pupuk Organik

PUPUK kompos atau organik pada saat ini banyak dicari oleh petani sebagai pengganti pupuk kimia yang sulit dicari dan harga yang sudah tidak terjangkau oleh petani. Pembuatan kompos atau pupuk organik memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk mendapatkan kompos atau organik yang baik dan benar memerlukan waktu berhari-hari.

Pupuk organik atau kompos merupakan hasil akhir penguraian sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang telah lapuk dan hancur dengan sendirinya yaitu seperti, daun-daunan, batang, ranting, sisa-sisa makanan dan kotoran binatang.

Menurut Mulyono, langkah awal pembuatan kompos atau pupuk organik adalah pembiakan mikro organisme lokal atau yang sebut dengan MOL. MOL tersebut digunakan untuk peragian atau mempercepat pembusukan. Ada beberapa macam pembuatan mikro organisme lokal (MOL) yaitu:

Pertama, dengan menggunakan air rebusan dari air kacang kedelai. Cara pembuatan mikro organismenya dengan cara rebus air kedelai, untuk 10 liter air di campur dengan gula merah ¼ kg.

Kedua, dengan menggunakan air kelapa sebagai larutan organisme, untuk 10 liter air kelapa dicampur dengan gula merak sebanyak ¼ kg ditambah dengan buah-buahan busuk (pisang, pepaya, semangka, dan lainnya). Buah yang rasanya manis banyak mengandung unsur K (Calori).

Ketiga, jika menggunakan larutan keong mas atau limbah ikan. Dengan cara ini cukup ditambah air kelapa sebanyak 10 liter dicampur dengan gula merah ¼ kg, kemudian dicampur dengan keong mas sebanyak 2 kg di tambah dengan limbah ikan secukupnya. Untuk menghilangkan bau yang tidak sedap cukup ditambah dengan empon-empon kunyit sebanyak ¼ kg dan lengkuas sebanyak ¼ kg.

Keempat, kemudian jika dengan menggunakan batang pisang. Bahan yang perlu dipersiapkan adalah air sebanyak 10 liter, gula merah ¼ kg, batang pisang (ati/ares) 5 cm. Bahan-bahan ini banyak mengandung unsur N dan K, kata Mulyono.

Lebih lanjut Mulyono menjelaskan, bahan-bahan yang sudah diramu tersebut disebut dengan Mikro Organisme Lokal (MOL) sebagai bahan pembuat pupuk organik atau kompos. Letakan ramuan tersebut dalam wadah kemudian tutup dengan rapat dan diaduk 2-3 kali dalam sehari. Sekitar waktu 7-15 hari kemudian, cairan atau ramuan yang sudah dibuat itu siap digunakan untuk pembuatan kompos/pupuk organik, jelasnya.

Sementara bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik atau kompos adalah kotoran binatang (pupuk kandang) serbuk gergaji, abu bekas pembakaran dan mikro organisme lokal yang telah diramu sebelumnya.

Jika kita ingin membuat pupuk organik sebanyak 1 ton, maka yang diperlukan adalah 500 kg pupuk kandang (kotoran binatang), serbuk gergaji sebanyak 400 kg, abu bakar sebanyak 100 kg dan 5 liter MOL, ujar Mulyono.

Lebih lanjut Ketua Kelompok Tani Sri Maju II menerangkan cara pembuatan pupuk organik ini sangat mudah, yaitu siapkan terpal sebagai alas dasar dengan ukuran secukupnya sesuai dengan kebutuhan, kemudian taburkan pupuk kandang dengan ketinggian 15-20 cm, taburkan abu bakar diatasnya kemudian diaduk hingga merata. Setelah kedua bahan itu diaduk dengan rata kemudian taburkan serbuk gergaji diatasnya kemudian diaduk kembali hingga rata.

Setelah bahan-bahan itu diaduk dengan merata langkah terkahir adalah memberikan larutan MOL yang di ramu sebelumnya. Untuk pembuatan 1 ton pupuk organik gunakan larutan MOL sebanyak 2,5 liter kemudian larutkan ke dalam air sebanyak 50-75 liter air biasa. Setelah itu, air yang sudah dicampur dengan ramuan MOL disiramkan pada bahan pupuk yang sudah dicampurkan sebelumnya dan aduk hingga merata, tuturnya.

Bahan-bahan pupuk yang sudah diaduk hingga merata, langkah selanjutnya adalah adukan tersebut dikumpulkan atau digundukkan hingga ketinggian 50-75 cm, lalu ditutup dengan terpal atau plastik dengan terbungkus rapi dan rapat.

Sekitar 3-5 hari adukan yang di kumpulkan itu di bongkar kembali dan diaduk ulang untuk mendapatkan hasil pupuk organik yang baik. Setelah berusia hingga 7-10 hari pupuk organik tersebut sudah siap untuk digunakan, imbuhnya. (*)

Pupuk Organik Baik Untuk Segala Jenis Tanaman

UNTUK mendapatkan hasil tanaman yang baik dan membuahkan hasil panen yang melimpah dengan menggunakan pupuk organik ini sangat mudah. Sebagai pupuk organik yang terbuat dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar masyarakat, penggunaan pupuk organik atau kompos ini sangat efektif untuk mengembalikan kesuburan tanah dan struktur tanah.

Menurut Mulyono yang didampingi KIPP Kecamatan Penengahan, Iskandar, S.P., mengatakan, pupuk organik bisa dijadikan pupuk dasar dengan dosis 500 kg/hektare. Pupuk organik itu diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah terkahir pada saat perataan tanah lahan pertanian. Pupuk itu disebar dilahan yang akan ditanami. Tentu saja dilakukan sebelum dilakukan sebelum dilakukan penanaman, ujar Mulyono.

Selain diberikan pada saat pengolahan tanah sebelum penanaman, pupuk organik itu juga dapat diberikan pada tanaman berusia hingga 5-7 hari setelah tanam. Pupuk organik atau kompos ini berguna pada jenis tanaman apa pun. Seperti tanaman padi, jagung, holtikultura, bunga, perkebunan. Pupuk ini juga bisa diberikan pada tanaman umurnya tahunan. Pupuk organik diberikan pada bagian bawah tanaman secara melingkar dan takarannya sekitar 20 kg/pohon kemudian ditutup kembali. Pupuk diberikan saat dilakukan penanaman pohon, ungkapnya.

KIPP Kecamatan Penengahan Iskandar menambahkan, pupuk organik atau kompos ini sangat berguna untuk menyuburkan tanaman petanian dan perkebunan. Selain itu, pupuk organik tersebut bisa memperkaya bahan makanan dalam tanah, memperbaiki sifat fisik tanah, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki daya ikat tanah terhadap pasir, memperbaiki struktur tanah lempung, kemampuan menampung air lebih tinggi dan meningkatkan pengaruh pemupukan organik.

Jika petani memperbanyak pemakaian pupuk organik untuk segala jenis tanaman, maka unsur tanah yang sebelumnya mati akibat pengaruh pupuk kimia dengan pemakaian pupuk organik ini mampu mengembalikan unsur tanah dan mejaga tanah tetap subur. Dan yang terpenting petani tidak terikat dengan pemakaian pupuk kimia yang sudah mulai langka dan mahal, pungkas Iskandar. (*)

Dipasarkan dengan Harga Terjangkau

PEMAKAIAN pupuk organik, hasil panen yang dihasilkan tetap berlimpah. Keunggulan menggunakan pupuk organik sangat banyak. Selain mampu menjaga kesuburan tanah dan mengembalikan struktur tanah, petani juga mampu mengurangi pemakaian pupuk kimia jenis Urea dan SP-36 yang dikeluarkan pemerintah.

Dengan bahan dasar yang mudah ditemukan disekitar kita, pembuatan pupuk organik tidak menemukan kesulitan.

Menurut Mulyono yang sudah mengerjakan usaha pembuatan pupuk organik sejak 2 tahun itu, mampu menghasilkan berton-ton pupuk organik yang disebar di pertanian di Kecamatan Penengahan dan sekitarnya. Saya untuk sekali pembuatan atau produksi pupuk organik sebanyak 1 ton. Dalam pengerjaanya dilakukan anggota kelompok tani yang saat ini mencapai sekitar 50 orang. Pupuk hasil produksi itu kemudian dijual kepada petani lainnya dan anggota Kelompok Tani Sri Maju II, katanya.

Selain digunakan sendiri, Kelompok Tani Sri Maju II menjual hasil produksi dengan skala besar dan kecil. Saya banyak menerima pesanan dengan skala besar. Biasanya petani datang sendiri ke tempat pembuatan dan memesan dengan jumlah besar. Penjualan masih sekitar Kecamatan Penengahan, ungkap Mulyono.

Menurut Mulyono, pupuk organik dijual dengan harga Rp600/kg. Harga tersebut masih relatif murah bila dibandingkan dengan harga pupuk kimia yang dijual di pasaran. Sementara manfaat yang diberikan pupuk organik cukup banyak.

Harga pupuk organik sangat murah dan terjangkau oleh kaum petani kecil. Yaitu dengan harga Rp600/kg. Dengan harga itu, petani sudah mendapatkan keuntungan yang belipat dengan menggunakan pupuk organik, ujarnya.

Yang menjadi kendala, menurut Mulyono, petani saat ini masih enggan menggunakan pupuk organik atau kompos. Para petani masih cenderung menggunakan pupuk kimia yang dijual dipasaran. Banyak petani yang belum mengenal pupuk organik atau kompos. Mereka khawatir bila menggunakan pupuk kompos hasil panen pertanian mereka menurun. Jadi mereka masih memilih untuk menggunakan pupuk kimia. Padahal pupuk kimia saat ini sangat mahal harganya dan sulit ditemukan, terangnya. (nyoman subagio)

MANFAAT PERTANIAN ORGANIK

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.

Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain:

1. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically modified organisms).
2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman.
3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.
4. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak.


Manfaat Pertanian Organik

Sejumlah keuntungan yang dapat dipetik dari pengembangan pertanian organik adalah, antara lain:

1. Kesehatan

* Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa praktek pertanian organik mampu meningkatkan hasil sayuran hingga 75% dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin C, kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi.
* Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian.
* Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Karena pertanian organik: (1) Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis dan (2) Memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti kotoran ternak dan jerami sebagai pupuk kompos.


2. Lingkungan

a. Kualitas Tanah

Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang baik merupakan hal yang penting dalam pertanian organik. Untuk itu dalam pertanian organik diutamakan cara pengelolaan tanah yang meminimalkan erosi, meningkatkan kandungan bahan organik tanah serta mendorong kuantitas dan diversitas biologi tanah.

Dalam pertanian organik peningkatan kesuburan tanah dilakukan tanpa menggunakan pupuk kimia sintetis. Sebagai gantinya digunakan teknik - teknik sebagai berikut :

* Rotasi tanaman secara tepat, mixed cropping dan integrasi tanaman dengan ternak.
* Meningkatkan populasi mikroorganisme tanah melalui penggunaan pupuk organik.
* Meminimalkan pengolahan tanah yang mengganggu aktivitas biota tanah.
* Menjaga tanah selalu tertutup dengan mulsa organik.
* Menghindari pengolahan tanah yang berlebihan pada tanah yang miring untuk mencegah erosi.
* Menggunakan tanaman dalam strip dan tumpang sari.
* Menghindari penggembalaan yang berlebihan.
* Tidak menggunakan bahan kimia sintetis yang meracuni mikroorganisme tanah dan merusak struktur tanah.


b. Penghematan energi

Hasil studi menunjukkan bahwa sistem produksi organik hanya menggunakan 50–80% energi minyak untuk
menghasilkan setiap unit pangan dibandingkan dengan sistem produksi pertanian konvensional. Namun demikian, ini tidak berlaku untuk semua sistem produksi sayuran dan buah-buahan.

c. Kualitas Air

Penjagaan kualitas air merupakan upaya yang sangat penting dalam sistem pertanian lestari (sustainable agriculture system). Kenyataan menunjukkan bahwa polusi air tanah (groundwater) dan air muka tanah (surface water) oleh nitrat dan fosfat menjadi hal yang umum terjadi di kawasan pertanian. Residu pupuk dan pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit seperti Escherichia Coli juga seringkali terdeteksi di sistem perairan.

Pada areal pertanian organik, sumber air dijaga dengan menghindari praktek-praktek pertanian yang menyebabkan erosi tanah dan pencucian nutrisi, pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia. Kotoran hewan yang akan digunakan untuk pupuk organik selalu dikelola dengan hati-hati dan dikomposkan sebelum digunakan. Di samping itu, penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis juga dilarang dalam sistem pertanian organik.

d. Kualitas Udara

Pertanian organik terbukti mampu meminimalkan perubahan iklim global karena emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission) pada pertanian organik lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik tidak menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida dari pupuk buatan tersebut.

Penggunaan minyak bumi juga lebih rendah sehingga menurunkan emisi gas karbon dioksida. Lebih penting lagi, pertanian organik menyediakan penampungan (sink) untuk karbon dioksida melalui peningkatan kandungan bahan organik di tanah serta penutupan permukaan tanah dengan tanaman penutup tanah.

e. Pengelolaan Limbah

Praktek pertanian organik mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.

f. Keanekaragaman Hayati

Pertanian organik tidak hanya menghindari penggunaan pestisida sintetis, namun juga mampu menciptakan keanekaragaman hayati. Praktek seperti rotasi pertanaman, tumpang sari serta pengolahan tanah konservasi merupakan hal-hal yang mampu meningkatkan keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat yang sehat bagi banyak spesies mulai dari jamur mikroskopis hingga binatang besar.

Pertanian organik tidak menggunakan organisme hasil rekayasa genetika (Genetic Enggineering Organism) atau organisme transgenik (Genetically Modified Organism) serta produknya karena alasan keamanan lingkungan, kesehatan dan sosial. Produk-produk seperti ini tidak dibutuhkan karena mungkin menyebabkan resiko yang tidak dapat diterima pada integritas spesies.