Pupuk NPK Organik Cap Rumpun Bambu

Pupuk NPK Organik Cap Rumpun Bambu
Produksi KSU Karya Bangsa Berdikari

Sampel Pupuk

Sampel Pupuk
Sampel pupuk kemasan 50 kg

Sampel Pupuk

Sampel Pupuk
Bentuk tabur, Warna hitam kecoklat coklatan

25 May 2010

ACEH BAKAL JADI SENTRA KAKAO ORGANIK




Banda Aceh ( Berita ) : Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) akan menjadi sentra produksi kakao organik terkait dengan pembentuk Asosiasi Petani Kakao Organik (APKO) di daerah tersebut.
“Communication Officer” APED, Saiful Bahri di Banda Aceh, Senin [16/03] , menyatakan, wadah APKO tersebut diharapkan Aceh bakal menjadi sentra kakao organik di Indonesia.
Pembentukan wadah APKO dilakukan Lembaga kerja sama Indonesia dan Jerman (GTZ) bekerja sama dengan Aceh Partnerships for Economic Development (APED). GTZ dan APED kini telah membina kelompok petani kakao di Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya, dengan membentuk APKO yang kini beranggotakan 232 petani.
“Sekarang ini sedang dibina dan pembentukan APKO di Kabupaten Pidie, Aceh Utara, dan Kabupaten Bireuen dengan melibatkan anggota sekitar 3.800 petani,” katanya.
Ia menyebutkan, dipilihnya empat kabupaten tersebut karena selama ini daerah itu merupakan sentra produksi kakao di Aceh. “Kita harapkan di seluruh kabupaten yang memiliki lahan kakao akan dibentuk APKO, sehingga mutunya dapat lebih ditingkatkan,” ujarnya.
GTZ dan APED juga berperan membuka jaringan ke pasar internasional dan pengupayakan adanya sertifikat organik kakao. Kerja sama GZ dan APED telah berhasil menyediakan kakao organik sebanyak 12,5 ton dan juga telah mendapatkan pembeli internasional dari Jerman, Austria, dan Newzeland. Saiful menyatakan, untuk membantu peningkatan mutu kakao petani, GTZ juga membantu pengolahan biji kakao di Kabupaten Pidie Jaya.
Ia menyatakan, mutu kakao Aceh di pasaran internasional masih dipandang sebelah mata, karena mutunya kurang baik, akibat proses pengeringannya masih tradisional.
Padahal, kakao yang bermutu harus melalui proses fermentasi, sementara biji coklat dari Aceh tidak sama sekali, sehingga harganya dibawah standar.
“Dengan adanya bantuan peralatan itu, proses pengeringan biji coklat dari Aceh sudah melalui proses fermentasi, sehingga mutunya bisa disejajarkan dengan negara lain,” kata Saiful Bahri. ( ant )

No comments: