Dalam rangka mengurangi pemakaian pupuk kimia jenis Urea dan SP-36, serta menjaga tanah tetap subur, kelompok tani Sri Maju II, Desa Kuripan Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) mengeluarkan terobosan-terobosan terbaru dengan memproduksi pupuk organik bagi pertanian.
Produksi pupuk organik atau kompos yang menggunakan bahan dasar alami seperti kotoran binatang dan sampah yang banyak mengandung mikro organisme sebagai penyubur tanaman pertanian dan perkebunan.
Ketua Kelompok Tani Sri Maju II, Mulyono ketika ditemui di lokasi pembuatan pupuk organik kemarin, mengatakan, pembuatan pupuk oraganik dari bahan-bahan alami seperti kotoran binatang dan sampah sudah dilakukan sejak 2 tahun yang lalu. Tujuan dari pembuatan pupuk organik tersebut adalah untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia, menjaga kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, memperkaya bahan makanan dalam tanah dan menetralisir kimia atau racun dalam tanah.
Selama ini petani hanya tergantung dengan persediaan pupuk kimia seperti Urea dan SP-36 untuk pemupukkan tanaman padi dan palawija. Secara tidak sadar, petani telah mematika unsur kandungan humus atau bahan organik yang terdapat dalam tanah. Inilah yang menyebabkan tanah menjadi berkurang kesuburannya, kata Mulyono.
Menurut Mulyono, pembuatan pupuk kompos atau organik dari bahan-bahan alami sangat mudah. Selain itu, bahan-bahan yang akan digunakan sebagai pupuk organik sangat banyak ditemukan di daerah pedesaan. Pupuk Organik bahan dasarnya seperti kotoran binatang, sampah-sampah yang sudah membusuk, bahan makanan yang sudah busuk, tahi gergaji dan dedak hasil gilingan padi.
Bahan-bahan untuk pembuatan pupuk kompos sangat banyak ditemukan. Proses pembuatan pupuk organik ini sangat mudah. Cukup bahan yang sudah disediakan dicampur atau diaduk yang ditambah dengan cairan untuk mempercepat proses jadi pupuk tersebut. Jenis obat organisme itu adalah Medium Mikroba (MM-17 Cair), tutur Mulyono.
Manfaat lain penggunaan pupuk organik untuk pertanian adalah mengurangi penggunaan pupuk kimia. Pengurangan pupuk kimia hingga 50 persen untuk 1 hektar lahan pertanian. Jika sebelumnya lahan 1 hektare menggunakan pupuk kimia hingga 450 kg, dengan menggunakan pupuk organik mampu mengurangi hingga 50 persen. Selain penggunaan pupuk kimia berkurang, tanah pertanian tetap terjaga kesuburannya, pungkasnya. (*)
Cara Pengolahan Pupuk Organik
PUPUK kompos atau organik pada saat ini banyak dicari oleh petani sebagai pengganti pupuk kimia yang sulit dicari dan harga yang sudah tidak terjangkau oleh petani. Pembuatan kompos atau pupuk organik memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk mendapatkan kompos atau organik yang baik dan benar memerlukan waktu berhari-hari.
Pupuk organik atau kompos merupakan hasil akhir penguraian sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang telah lapuk dan hancur dengan sendirinya yaitu seperti, daun-daunan, batang, ranting, sisa-sisa makanan dan kotoran binatang.
Menurut Mulyono, langkah awal pembuatan kompos atau pupuk organik adalah pembiakan mikro organisme lokal atau yang sebut dengan MOL. MOL tersebut digunakan untuk peragian atau mempercepat pembusukan. Ada beberapa macam pembuatan mikro organisme lokal (MOL) yaitu:
Pertama, dengan menggunakan air rebusan dari air kacang kedelai. Cara pembuatan mikro organismenya dengan cara rebus air kedelai, untuk 10 liter air di campur dengan gula merah ¼ kg.
Kedua, dengan menggunakan air kelapa sebagai larutan organisme, untuk 10 liter air kelapa dicampur dengan gula merak sebanyak ¼ kg ditambah dengan buah-buahan busuk (pisang, pepaya, semangka, dan lainnya). Buah yang rasanya manis banyak mengandung unsur K (Calori).
Ketiga, jika menggunakan larutan keong mas atau limbah ikan. Dengan cara ini cukup ditambah air kelapa sebanyak 10 liter dicampur dengan gula merah ¼ kg, kemudian dicampur dengan keong mas sebanyak 2 kg di tambah dengan limbah ikan secukupnya. Untuk menghilangkan bau yang tidak sedap cukup ditambah dengan empon-empon kunyit sebanyak ¼ kg dan lengkuas sebanyak ¼ kg.
Keempat, kemudian jika dengan menggunakan batang pisang. Bahan yang perlu dipersiapkan adalah air sebanyak 10 liter, gula merah ¼ kg, batang pisang (ati/ares) 5 cm. Bahan-bahan ini banyak mengandung unsur N dan K, kata Mulyono.
Lebih lanjut Mulyono menjelaskan, bahan-bahan yang sudah diramu tersebut disebut dengan Mikro Organisme Lokal (MOL) sebagai bahan pembuat pupuk organik atau kompos. Letakan ramuan tersebut dalam wadah kemudian tutup dengan rapat dan diaduk 2-3 kali dalam sehari. Sekitar waktu 7-15 hari kemudian, cairan atau ramuan yang sudah dibuat itu siap digunakan untuk pembuatan kompos/pupuk organik, jelasnya.
Sementara bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik atau kompos adalah kotoran binatang (pupuk kandang) serbuk gergaji, abu bekas pembakaran dan mikro organisme lokal yang telah diramu sebelumnya.
Jika kita ingin membuat pupuk organik sebanyak 1 ton, maka yang diperlukan adalah 500 kg pupuk kandang (kotoran binatang), serbuk gergaji sebanyak 400 kg, abu bakar sebanyak 100 kg dan 5 liter MOL, ujar Mulyono.
Lebih lanjut Ketua Kelompok Tani Sri Maju II menerangkan cara pembuatan pupuk organik ini sangat mudah, yaitu siapkan terpal sebagai alas dasar dengan ukuran secukupnya sesuai dengan kebutuhan, kemudian taburkan pupuk kandang dengan ketinggian 15-20 cm, taburkan abu bakar diatasnya kemudian diaduk hingga merata. Setelah kedua bahan itu diaduk dengan rata kemudian taburkan serbuk gergaji diatasnya kemudian diaduk kembali hingga rata.
Setelah bahan-bahan itu diaduk dengan merata langkah terkahir adalah memberikan larutan MOL yang di ramu sebelumnya. Untuk pembuatan 1 ton pupuk organik gunakan larutan MOL sebanyak 2,5 liter kemudian larutkan ke dalam air sebanyak 50-75 liter air biasa. Setelah itu, air yang sudah dicampur dengan ramuan MOL disiramkan pada bahan pupuk yang sudah dicampurkan sebelumnya dan aduk hingga merata, tuturnya.
Bahan-bahan pupuk yang sudah diaduk hingga merata, langkah selanjutnya adalah adukan tersebut dikumpulkan atau digundukkan hingga ketinggian 50-75 cm, lalu ditutup dengan terpal atau plastik dengan terbungkus rapi dan rapat.
Sekitar 3-5 hari adukan yang di kumpulkan itu di bongkar kembali dan diaduk ulang untuk mendapatkan hasil pupuk organik yang baik. Setelah berusia hingga 7-10 hari pupuk organik tersebut sudah siap untuk digunakan, imbuhnya. (*)
Pupuk Organik Baik Untuk Segala Jenis Tanaman
UNTUK mendapatkan hasil tanaman yang baik dan membuahkan hasil panen yang melimpah dengan menggunakan pupuk organik ini sangat mudah. Sebagai pupuk organik yang terbuat dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar masyarakat, penggunaan pupuk organik atau kompos ini sangat efektif untuk mengembalikan kesuburan tanah dan struktur tanah.
Menurut Mulyono yang didampingi KIPP Kecamatan Penengahan, Iskandar, S.P., mengatakan, pupuk organik bisa dijadikan pupuk dasar dengan dosis 500 kg/hektare. Pupuk organik itu diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah terkahir pada saat perataan tanah lahan pertanian. Pupuk itu disebar dilahan yang akan ditanami. Tentu saja dilakukan sebelum dilakukan sebelum dilakukan penanaman, ujar Mulyono.
Selain diberikan pada saat pengolahan tanah sebelum penanaman, pupuk organik itu juga dapat diberikan pada tanaman berusia hingga 5-7 hari setelah tanam. Pupuk organik atau kompos ini berguna pada jenis tanaman apa pun. Seperti tanaman padi, jagung, holtikultura, bunga, perkebunan. Pupuk ini juga bisa diberikan pada tanaman umurnya tahunan. Pupuk organik diberikan pada bagian bawah tanaman secara melingkar dan takarannya sekitar 20 kg/pohon kemudian ditutup kembali. Pupuk diberikan saat dilakukan penanaman pohon, ungkapnya.
KIPP Kecamatan Penengahan Iskandar menambahkan, pupuk organik atau kompos ini sangat berguna untuk menyuburkan tanaman petanian dan perkebunan. Selain itu, pupuk organik tersebut bisa memperkaya bahan makanan dalam tanah, memperbaiki sifat fisik tanah, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki daya ikat tanah terhadap pasir, memperbaiki struktur tanah lempung, kemampuan menampung air lebih tinggi dan meningkatkan pengaruh pemupukan organik.
Jika petani memperbanyak pemakaian pupuk organik untuk segala jenis tanaman, maka unsur tanah yang sebelumnya mati akibat pengaruh pupuk kimia dengan pemakaian pupuk organik ini mampu mengembalikan unsur tanah dan mejaga tanah tetap subur. Dan yang terpenting petani tidak terikat dengan pemakaian pupuk kimia yang sudah mulai langka dan mahal, pungkas Iskandar. (*)
Dipasarkan dengan Harga Terjangkau
PEMAKAIAN pupuk organik, hasil panen yang dihasilkan tetap berlimpah. Keunggulan menggunakan pupuk organik sangat banyak. Selain mampu menjaga kesuburan tanah dan mengembalikan struktur tanah, petani juga mampu mengurangi pemakaian pupuk kimia jenis Urea dan SP-36 yang dikeluarkan pemerintah.
Dengan bahan dasar yang mudah ditemukan disekitar kita, pembuatan pupuk organik tidak menemukan kesulitan.
Menurut Mulyono yang sudah mengerjakan usaha pembuatan pupuk organik sejak 2 tahun itu, mampu menghasilkan berton-ton pupuk organik yang disebar di pertanian di Kecamatan Penengahan dan sekitarnya. Saya untuk sekali pembuatan atau produksi pupuk organik sebanyak 1 ton. Dalam pengerjaanya dilakukan anggota kelompok tani yang saat ini mencapai sekitar 50 orang. Pupuk hasil produksi itu kemudian dijual kepada petani lainnya dan anggota Kelompok Tani Sri Maju II, katanya.
Selain digunakan sendiri, Kelompok Tani Sri Maju II menjual hasil produksi dengan skala besar dan kecil. Saya banyak menerima pesanan dengan skala besar. Biasanya petani datang sendiri ke tempat pembuatan dan memesan dengan jumlah besar. Penjualan masih sekitar Kecamatan Penengahan, ungkap Mulyono.
Menurut Mulyono, pupuk organik dijual dengan harga Rp600/kg. Harga tersebut masih relatif murah bila dibandingkan dengan harga pupuk kimia yang dijual di pasaran. Sementara manfaat yang diberikan pupuk organik cukup banyak.
Harga pupuk organik sangat murah dan terjangkau oleh kaum petani kecil. Yaitu dengan harga Rp600/kg. Dengan harga itu, petani sudah mendapatkan keuntungan yang belipat dengan menggunakan pupuk organik, ujarnya.
Yang menjadi kendala, menurut Mulyono, petani saat ini masih enggan menggunakan pupuk organik atau kompos. Para petani masih cenderung menggunakan pupuk kimia yang dijual dipasaran. Banyak petani yang belum mengenal pupuk organik atau kompos. Mereka khawatir bila menggunakan pupuk kompos hasil panen pertanian mereka menurun. Jadi mereka masih memilih untuk menggunakan pupuk kimia. Padahal pupuk kimia saat ini sangat mahal harganya dan sulit ditemukan, terangnya. (nyoman subagio)