Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: (1) dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, (2) mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, (3) dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan (4) memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia.
Inovasi teknologi tanaman pangan sebagai tanaman sela pada masa tanaman karet belum menghasilkan (TBM) dapat diterapkan. Pola tanam tanaman pangan disesuaikan dengan kondisi iklim atau curah hujan, yaitu padi + jagung – kedelai atau kacang tanah – kacang tunggak atau kacang uci. Tanaman pangan ditanam berjarak 1 m dari barisan karet, sedangkan tanaman karet ditanam dengan jarak 6 m x 3 m.
Manfaat inovasi ini adalah: (1) bagi perkebunan rakyat, penerapan pola tanaman sela ini akan meningkatkan intensitas pemeliharaan kebun, (2) tanaman sela ditanam pada lahan gawangan sepanjang tahun, sehingga dapat pula berfungsi sebagai tanam penutup tanah untuk mengendalikan erosi dan pertumbuhan gulma, (3) memberikan pendapatan petani pada masa TBM, dan (4) memperbaiki struktur tanah.
Untuk mengoptimalkan pendapatan usaha perkebunan karet, telah ditemukan beberapa klon karet yang unggul dalam menghasilkan lateks dan kayu.
Klon IRR 5
Potensi keunggulan :
1. Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
2. Rata-rata produksi 1,8 ton/ha/tahun.
3. Lilit batang 51,7 cm pada umur 5 tahun.
4. Kadar karet kering (KKK) 34,5%.
5. Lateks sangat sesuai diolah menjadi SIR 3 WF, SIR 5 dan SIR 10.
6. Resisten terhadap gangguan penyakit gugur daun Colletotrichum dan Corynespora.
7. Pada daerah beriklim basah, klon IRR 5 digolongkan moderat terhadap gangguan penyakit cabang (jamur upas) dan mouldirot.
Klon IRR 42
Potensi keunggulan:
1. Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
2. Rata-rata produksi 5,68 kg/pohon/tahun.
3. Lilit batang 51,4 cm pada umur 5 tahun.
4. Resisten terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, Corynespora dan Oidium.
5. Kadar karet kering (KKK) 36,5%.
6. Lateks dapat diproses menjadi SIR-5.
Klon IRR 118
Potensi keunggulan:
1. Pertumbuhannya cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
2. Rata-rata produksi 2,1 ton/ha/tahun.
3. Lilit batang 48,9 cm pada umur 5 tahun.
4. Lateks dapat digunakan untuk produksi SIR 3 CV dan produk RSS, serta SIR 3L, SIR 5 dan SIR 10/20.
5. Cukup tahan terhadap penyakit Corynespora dan Colletotrichum.
Karet Busa Alam
Karet busa sintetis umumnya dibuat dari karet EVA/poliuretan karena ringan dan murah. Konsumsi busa sintetis di dalam negeri setiap tahun berkisar 19 juta lembar (Rp 47 miliar), busa plastik 722.000 m2 (Rp665 juta), dan busa jok mobil 4.500 unit (Rp186 juta).
Proses produksi busa sintetis berisiko tinggi karena bahan bakunya (isosianat) beracun dan bersifat karsinogenik. Kondisi ini menyebabkan permintaan terhadap busa alam meningkat.
Busa alam lebih unggul dibanding busa sintetis dalam hal kenyamanan dan umur pakai. Untuk memberikan nilai kepegasan yang sama, busa alam hanya memerlukan ketebalan sepertiga dari busa sintetis.
Kelembagaan Industri Barang Jadi Karet
Berbagai produk karet keperluan umum telah mampu dihasilkan oleh industri berskala UKM atau perajin di perkotaan. Peralatan yang digunakan relatif sederhana sehingga produk yang dihasilkan umumnya bermutu kurang baik. Namun demikian pangsa pasarnya cukup besar yakni kalangan menengah ke bawah.
Dalam operasionalnya, perajin didukung oleh pihak penyedia kompon dan cetakan. Produksi biasanya berdasarkan pesanan dan produk dipasarkan oleh pihak lain (mediator atau pedagang antara). Barang jadi karet yang dihasilkan oleh UKM antara lain adalah sol sepatu, seal/gasket, onderdil mobil/ motor, serta asesori furnitur/ rumah tangga.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment