Pemerintah Kota Bogor memfokuskan program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis melalui pembangunan budi daya pertanian organik di daerahnya.
Pemerintah Kota Bogor memfokuskan program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis melalui pembangunan budi daya pertanian organik di daerahnya.
Walikota Bogor Iswara Natanegara mengatakan kedua program itu merupakan kebijakan Pemkot Bogor berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian setempat pada 2001-2005.
"Melalui pertanian organik, Bogor akan memperoleh dua keuntungan ganda," kata Iswara akhir pekan lalu.
Menurut dia, fokus kebijakan peningkatan ketahanan pangan terletak pada peningkatan produksi dan produktivitas, diversifikasi sumber daya dan bahan pangan, serta revitalisasi kelembagaan (petani).
Sedangkan fokus pengembangan agribisnis yakni mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan membangun keunggulan komparatif sumber daya alam dan sumber daya manusia yang telah tersedia di Kota Bogor.
Dia menyebutkan pemerintah melalui Deptan telah mencanangkan gerakan Go Organik 2010 untuk memperkenalkan para petani kepada sistem usaha tani pertanian organik. Sistem pertanian organik ini akan dilaksanakan secara bertahap dan diharapkan bisa terwujud di seluruh Indonesia pada 2010.
Iswara menjelaskan pertanian organik di kota Bogor telah mulai dilaksanakan oleh kelompok tani Mekar Tani, Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat pada komoditas padi di lahan 20 ha, diikuti oleh 27 orang anggota.
Bahkan, panen padi organik perdana menghasilkan 6,8 ton gabah kering panen, dengan harga jual Rp3.000 per kg.
"Ternyata harganya lebih tinggi dari harga gabah anorganik," katanya.
Hasil kerja sama
Walikot Bogor menambahkan pertanian organik di Sindang Barang merupakan hasil kerja sama dengan yayasan Proksidatani dengan bimbingan dari para pakar pertanian organik dari Institut Pertanian Bogor.
Selain pengembangan padi organic, pihaknya sedang merintis sistem sejenis pada komoditas unggulan lain yakni penanaman lidah buaya organik di lahan 1.122 ha, di lingkar kampus Universitas Nusa Bangsa (UNB). Kegiatan ini melibatkan 60 orang petani dari kelompok tani Kayu Manis, Sukadamai, dan Cibadak.
"Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama dengan UNB yang didukung dana dari APBD Kota Bogor pada 2002, melalui proyek pengembangan Agribisnis Perkotaan Pertanian Organik pada 2002," kata Iswara.
Melihat keberhasilan yang telah dicapai, katanya, ternyata kegitan pertanian organik merupakan salah satu cara mengimpelementasikan arah kebijakan pengembangan agribisnis pertanian, dan produk yang dihasilkan punya daya saing tinggi.
Hal ini, katanya, dapat dibuktikan bahwa sejak awal para petani telah mengadakan suatu ikatan perjanjian, yang hasilnya akan dibeli dengan harga lebih tinggi dari produk konvensional yakni oleh Koperasi Kehutanan untuk lidah buaya, dan Yayasan Prosidaktani untuk komoditas padi.
Selain itu, pertanian organik yang dilaksanakan ternyata sangat menyentuh masyarakat banyak terutama para petani kecil dan telah membuktikan sebagai agribisnis perkotaan yang berkerakyatan dengan memberikan keuntungan ganda.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment